Jaga Ekosistem di Kawasan Pesisir, Pertamina Tanam 1.000 Bibit Mangrove

Pertamina MOR I menaman bibit mangrove di Pantai Labu.Ist

 

Medan | Jurnal Asia
Keberadaan mangrove sangat dibutuhkan bagi lingkungan, khususnya di kawasan pesisir. Sayangnya, ekosistem mangrove di Indonesia saat ini mengalami masa kritis.

Menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), dari 3,4 juta hektare mangrove di Indonesia, 50 persennya dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Belum lagi, tumpukkan sampah plastik di pesisir pantai dan kawasan mangrove yang mengganggu ekosistem dan biota laut lainnya.

Melihat kenyataan tersebut, memperingati hari mangrove sedunia tahun 2020, Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I menaman 1.000 bibit mangrove di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Tak hanya itu, bersama-sama warga membersihkan pesisir pantai dari sampah plastik.

Baca Juga : 70% UMKM Terdampak Pandemi Covid-19, Begini Cara Pertamina Bangkitkan Bisnis Pelaku Usaha

Unit Manager Comm, Rel & CSR, M. Roby Hervindo menjelaskan, Pertamina ingin mengajak masyarakat untuk lebih memahami bagaimana pentingnya menjaga pelestarian dan kebersihan di sepanjang pesisir Pantai Labu.

“Selain menjaga pelestarian pantai, sampah plastik yang sudah terkumpul kemudian dikirimkan ke kelompok binaan Pertamina untuk kemudian diolah jadi ecobrick yang bisa dimanfaatkan kembali oleh warga,” katanya melalui siaran pers, Rabu (29/7/2020).

Berbagai kegiatan tersebut terangkum dalam program CSR Pertamina yang diberi nama “Masuk Bang Eko” yang merupakan program pelestarian Taman Swadaya Usaha Masyarakat Bagan Serdang dan Ekowisata Mangrove.

Fuel Terminal Manager Instalasi Medan Group, Anas Hasan menambahkan, konservasi dan pemberdayaan mangrove saat ini sudah memasuki tahun ketiga.

“Selain melaksanakan konservasi, warga juga diberikan pelatihan pengolahan makanan berbasis hasil laut serta mangrove. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan ekonomi lokal,” ujar Anas.

Dari hasil pelatihan dan pendampingan tersebut, masyarakat telah mampu menghasilkan beragam jenis produk olahan. Diantaranya bakso ikan, nugget, abon ikan, dodol mangrove, sirup mangrove, permen mangrove.

Salah satu Ketua kelompok Sadar Wisata (Darwis), Rahmadsyah mengaku, selain hutan mangrove terjaga, penghasilan kami juga bisa bertambah. Sebelumnya penghasilan mencapai Rp1,5 juta perbulan.

“Setelah pelatihan pemanfaatan mangrove, sekarang kami bisa mendapat lebih dari Rp2 juta per bulan,” ujarnya.(nty)

 

 

Close Ads X
Close Ads X