Rumah Sakit di Inggris Andalkan Remdesivir Sebagai Obat Covid-19

Remdesivir tidak boleh dilihat sebagai peluru ajaib untuk penyembuhan Covid-19. Reuters

 

London | Jurnal Asia
Layanan kesehatan nasional Inggris (NHS) mengandalkan obat remdesivir untuk mempersingkat waktu pemulihan pasien Covid-19.

Menteri Kesehatan, Matt Hancock mengatakan, penggunaan obat itu mungkin merupakan langkah maju terbesar dalam penanganan pasien Covid-19 sejak krisis dimulai.

Remdesivir adalah obat anti-virus yang digunakan melawan Ebola. Perusahaan India dan Pakistan akan produksi Remdesivir untuk “perangi virus corona” namun itu bukan “peluru ajaib”.

Baca Juga : Sentimen New Normal Berakhir dan IHSG Kembali “Berayun”

Regulator Inggris mengatakan, ada cukup bukti untuk menyetujui penggunaannya pada pasien Covid-19 di rumah sakit yang terpilih.

Untuk saat ini karena persediaan yang terbatas, obat itu akan diprioritaskan bagi mereka yang paling membutuhkan.

AS dan Jepang telah membuat pengaturan mendesak yang serupa untuk mendapatkan
akses dini ke obat itu, sebelum obat itu punya kesepakatan pemasaran. Obat tersebut saat ini sedang diuji klinis di seluruh dunia, termasuk di Inggris.

Data awal menunjukkan obat itu dapat mengurangi waktu pemulihan sekitar empat hari, tetapi belum ada bukti bahwa obat itu akan menyelamatkan lebih banyak nyawa.

Tidak jelas berapa banyak stok obat perusahaan farmasi Gilead Sciences yang tersedia untuk mengobati pasien di Inggris.

Alokasi obat yang diberikan dengan infus atau injeksi, akan didasarkan pada saran dokter.

“Ini menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Ketika kita berjalan pada periode yang belum pernah terjadi sebelumnya, kita harus berada di garis terdepan terkait dengan kemajuan medis terbaru, sambil selalu memastikan keselamatan pasien menjadi prioritas utama,” kata Menteri bidang inovasi, Lord Bethell mengutip BBC, Rabu (27/5/2020).

Ia melanjutkan, saran ilmiah terkini dari para ahli adalah inti dari setiap keputusan yang dibuat. Pihaknya akan terus memantau keberhasilan remdesivir dalam uji klinis di seluruh negeri untuk memastikan hasil terbaik bagi pasien di Inggris.

Dr Stephen Griffin dari Fakultas Kedokteran Universitas Leeds mengatakan, obat itu mungkin adalah antivirus yang paling menjanjikan untuk virus corona sejauh ini.

Dia mengatakan pasien dengan penyakit paling parah kemungkinan akan menerimanya terlebih dahulu.

“Meskipun ini jelas pendekatan yang paling etis, itu juga berarti bahwa kita tidak boleh mengharapkan obat itu akan menjadi ‘peluru ajaib’,” tegasnya.

“Kami berharap untuk meningkatkan tingkat pemulihan dan mengurangi angka kematian pasien, sesuatu yang kami harap akan bermanfaat bagi sebanyak mungkin pasien,” ujarnya.

Obat lain yang sedang diselidiki untuk virus corona termasuk obat malaria dan HIV.

Pengujian obat malaria hidroksiklorokuin
telah dihentikan karena kekhawatiran akan aspek keselamatan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan penangguhan sementara itu merupakan tindakan pencegahan, setelah sebuah studi medis baru-baru ini menemukan obat tersebut dapat meningkatkan risiko kematian dan komplikasi irama jantung.(nty)

 

Tinggalkan Balasan

Close Ads X
Close Ads X