Testimoni Mantan Begal | Habis Beraksi, Isap Sabu

Medan – Boy (bukan nama sebenarnya), mantan pembegal yang dulunya aktif beraksi di sejumlah lokasi di Kota Medan memberikan testimoni bagaimana keganasan dia dan rekan-rekannya saat memangsa kor­ban, dalam acara Forum Diskusi Ma­ri Bersama-sama Perangi Begal dan Narkoba yang dihelat di Rumah Makan JM Bariani House Jalan Pemuda, Selasa (17/10).

Dihadapan Kapolda Sumut, pria yang dihadirkan dengan menggunakan sebo tersebut mengaku tinggal di kawasan Jalan Mesjid Taufik, satu dari sekian banyaknya lokasi yang menjadi basis narkoba di Kota Medan. Dia berterima kasih telah diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman dan mengaku tidak diberikan imbalan dalam acara tersebut.

“Dulu saya seorang ‘sampah’ yang sudah dibuang. Tapi saya sekarang sampah yang akan didaur ulang karena sudah masuk panti rehabilitasi,” ujar Boy mengawali cerita.

Boy mengaku terlahir dari keluar­ga yang tidak mampu dan tinggal di tempat yang salah. Dalam melakukan aksi begal, Boy memiliki empat orang teman. Ada yang bertugas sebagai navigator, pemantau dan pengeksekusi. Sasarannya adalah orang-orang yang memiliki duit.

“Untuk menjalankan aksi di lokasi pesta, kami terlebih dahulu melihat tamu undangan yang biasanya memakai perhiasan mencolok. Sementara untuk mobil, kami mengambil barang-barang berharga saja,” sebut boy.

Dikatakan Boy, aksi begal mau­pun jambret yang dia dan rekan-rekannya lakukan bukan mau menunjukkan siapa mereka. Gaya hiduplah yang membuat mereka seperti itu dan Boy tak habis pikir mengapa ia tega melakukan perampokan sementara korban-korbannya bersusah payah mendapatkannya.

Sementara untuk pembegalan sepedamotor, kata Boy, itu dilakukan karena banyaknya permintaan. Mereka ‘memetik’ sepedamotor sesuai pengorderan. Salah satu lokasi favorit mereka beraksi adalah kawasan Krakatau di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

“Setelah pembegalan, ada istilah dicincang. Jual bodi, jual mesin, jual ban. Lantas uangnya kemana? Uangnya kami gunakan untuk narkoba dan happy-happy. Setelah itu kami beraksi lagi dan terus hingga ketagihan. Dulu ini menjadi kebanggaan bagi kami, tapi sekarang menjadi cambukan untuk saya pribadi,” kata Boy.

Dalam suatu momen, karena keasyikan melakukan begal, kemudian menghisap sabu lagi dan lagi, Boy tak sempat melihat ayahnya meninggal. Saat ibu dan anggota keluarganya yang lain melakukan pemakaman, Boy masih saja beraksi terus dan terus sampai pada akhirnya dia mulai berpikir untuk berhenti.

“Saat itu saya ngobrol sama ibu saya dan saya bilang, kalau saya bukan anaknya yang dulu. Saya pecandu dan saya pembegal yang tak pernah lagi tinggal di rumah. Hidup saya di jalanan. Suatu hari saya melihat keluarga saya ke gereja. Saya mengantarkan ibu saya ke gereja dan saat itu saya ingin kembali ke rumah. Hati saya tersentuh,” kenang Boy.

Seperti mendapat mukzijat, Boy memandangi seluruh anggota keluarganya. Kemudian dia melakukan introspeksi diri, sebelum akhirnya memutuskan masuk ke klinik dan menjalani rehabilitasi. Di sana, dia mendapatkan pelajaran religi dan berjanji akan berubah menjadi sosok yang baik, serta dapat diterima di tengah-tengah masyarakat.

“Pak Kapolda, tolong bawa orang-orang seperti kami ke lemba­ga re­ha­bilitasi. Kami mau berubah,” harap Boy, yang disambut tepuk tangan pengunjung.

Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Sandi Nugroho yang hadir dalam acara tersebut mengaku bangga menjadi Kapolrestabes dalam memberantas begal, karena polisi tidak sendirian. Namun, Sandi menilai kontribusi masyarakat masih minim, begitu juga dengan media.

“Di bulan Oktober istilah begal menjadi booming. Ada 5 kasus begal, dua di antaranya berhasil kami ungkap. Saat marak, polisi bentuk satgas begal. Istilah Medan Tak Aman itu terlalu berlebihan. Tidak ada tolak ukur untuk memvonis dalam pemberitaan seperti itu,” kata Sandi.

“Saat ini ada aplikasi Polisi Kita dan ada call center. Mudah-mudahan bisa menjawab semua tantangan agar dapat ditindaklanjuti lebih cepat,” timpal Sandi.

Sementara itu, Kapolda Sumut, Irjen Pol Paulus Waterpauw me­nga­­takan, selama periode kepemim­pinannya, para pelaku Curas dan Narkoba akan diberi tindakan yang tegas dan terukur. Dia bilang, Indonesia saat ini darurat Narkoba. Berbagai upaya pun telah dilakukan untuk mengatasi narkoba, curat, curas dan curanmor.

“Kasus begal dan narkoba sangat erat kaitannya. Para pelaku begal melakukan aksinya untuk mendapatkan uang kemudian membeli narkoba. Kami akan menindak tegas pelaku kejahatan narkoba secara menyeluruh sesuai komitmen kami bersih-bersih ke dalam dan hajar ke luar,” ujarnya.

Jenderal bintang dua itu kemu­dian memerintahkan kepada kapol­sek untuk melakukan blusukan dari satu tempat ke tempat lainnya di masing-masing wilayah hukum, seperti apa yang dia lakukan saat menjadi menjadi kapolsek pasca era reformasi kemarin.

“Saya pun meminta dukungan dari semua pihak, terutama dari rekan-rekan media untuk sama-sama memelihara serta mewu­judkan situasi yang aman dan damai dengan menyajikan berita-berita yang positif kepada masyarakat,” pungkas Weterpauw. (ial)

Tinggalkan Balasan

Close Ads X
Close Ads X