Jakarta | Jurnal Asia
Pemerintah Amerika Serikat terus memberikan tekanan terhadap TikTok, media sosial populer yang dicurigai meneruskan informasi pengguna ke China.
Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump memberikan pernyataan terbaru mengenai hal ini. Dia mengatakan pemerintah mempertimbangkan untuk memblokir TikTok.
“Kami juga dapat melakukan hal lain. Ada beberapa opsi. Tapi ada banyak perkembangan, jadi kami akan lihat kelanjutannya. Kami mempertimbangkan banyak alternatif untuk TikTok,” katanya.
Salah satu “alternatif” itu kabarnya adalah mendorong divestasi atas operasional TikTok di Amerika Serikat sehingga terpisah dari menajemen perusahaan induknya, ByteDance. Dengan demikian, TikTok pun tak lagi terkait dengan China, tempat ByteDance bermarkas.
Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Variety, Minggu (2/8/2020), Trump pun disebut sedang mempersiapkan perintah untuk ByteDance agar melepaskan kepemilikannya atas TikTok, kalau tidak mau diblokir di AS.
ByteDance dikabarkan mempertimbangkan kemungkinan ini dengan serius, mengingat AS tak ragu mengambil sikap keras terhadap produk dan pabrikan asal China. Misalnya saja Huawei yang sudah diblokir dengan masuk daftar hitam entity list selama lebih dari setahun.
Sebelumnya, ByteDance disebut sudah mempertimbangkan opsi untuk divestasi operasional TikTok di AS. Beberapa investor ByteDance bahkan kabarnya sudah mengajukan penawaran dengan nilai mencapai 50 miliar dollar AS atau lebih dari Rp 700 triliun.
Belakangan muncul rumor lain bahwa raksasa teknologi asal AS, Microsoft, berminat meminang layanan media sosial berbasis video pendek itu. Nilai tawarannya disebut mencapai 100 miliar dollar AS atau menembus kisaran Rp 1.470 triliun.
Microsoft menolak berkomentar mengenai kabar ini. Demikian juga dengan TikTok yang mengatakan “tak mau menanggapi rumor atau spekulasi”.
“Kami meyakini TikTok akan sukses dalam jangka panjang. Ratusan juta orang datang ke TikTok untuk mendapat hiburan dan membina hubungan,” ujar seorang juru bicara TikTok.
TikTok sendiri memang populer. Jumlah unduhan aplikasinya pada April lalu sudah melebihi 2 miliar dari App Store dan Play Store, sementara angka pengguna aktifnya di seluruh dunia mencapai kisaran 800 juta.
Popularitas TikTok agaknya membuat para pengelola media sosial asal Amerika Serikat, seperti Instagram dan YouTube, merasa terancam sehingga masing-masing menyiapkan kompetitor untuk menghadang rivalnya itu.(nty)