Beijing| Jurnal Asia
Kabupaten Yingjing , terletak di tengah Ya’an, provinsi Sichuan, pernah menjadi pos penting di Jalur Sutra selatan. Memiliki sumber daya alam bagus seperti tanah subur, rumput subur dan air segar. Tetapi, daerah ini kehilangan setengah penduduknya selama Bencana Kelaparan antara 1959 dan 1962.
Maret lalu, Konferensi Konsultatif Politik Kota Ya’an mengumpulkan bukti dokumenter tentang Bencana Kelaparan untuk diterbitkan dalam buku berjudul “Catatan Sejarah 3 Tahun Bencana Buatan Manusia.” Buku ini akan memberikan bukti penting bagi Komite Sentral PKC untuk menilai kembali Mao Zedong. Tapi, setelah Kongres Nasional ke-18 selesai, pemimpin partai dari daerah mengatakan kepada kelompok penulis bahwa rencana tersebut ditolak dan buku itu tidak akan diterbitkan.
Untuk mencegah ditutupinya bukti sejarah, Tong Ziping, kepala editor buku, memutuskan untuk menerbitkannya dengan biaya sendiri. Tidak ada penerbit di Sichuan berani untuk menerbitkan buku itu. Akhirnya, penulis Beijing, Tieliu menghubungi penerbit di Hong Kong. Bencana yang terjadi 53 tahun yang lalu di wilayah Yingjing akhirnya terungkap ke publik.
Tieliu berkata kepada NTD bahwa, lebih dari 30 juta orang meninggal karena kelaparan selama tiga tahun. Beberapa mengatakan, jumlah kematian lebih dari 40 juta. Selain itu, di Provinsi Sichuan, 12,5 juta orang telah meninggal.
Tieliu, penulis Beijing menegaskan, ibunya meninggal saat bencana kelaparan. Begitu pula pamannya. Menurutnya daerah yang paling parah adalah Yingjing di Sichuan. Yingjing adalah wilayah yang sangat kecil, dan setengah dari 120.000 penduduk meninggal karena kelaparan.
“Bencana besar’ mencatat kisah penduduk selama Bencana Kelaparan yang diceritakan kembali oleh yang selamat. Banyak foto dan fakta yang terungkap dalam buku ini. Yang selamat berasal dari berbagai latar belakang. Ada sekretaris partai, kepala daerah, dokter, direktur dan anggota masyarakat,” ujarnya.
Tieliu berkata bahwa “Bencana Kelaparan” atau buku apapun yang mengungkap kebenaran sejarah tentang PKC tidak akan pernah mendapat ijin terbit di China. Hanya Hong Kong yang akan menerbitkannya. Tapi, terbitan Hong Kong tidak dapat melewati pabean PKC. Mereka memutuskan untuk diam-diam menerbitkan buku di China.
Untuk menerbitkan secara aman, teman Tieliu tidak hanya mencetak buku di beberapa lokasi. Pencetakan sampul, pencetakan teks dan penjilidan juga dilakukan secara terpisah. Setiap langkah dilakukan secara diam-diam.
Menurut Tieliu, 80 contoh buku dikirim dari Hong Kong ke Yingjing juga disita oleh polisi di kantor pos.
Tong Ziping, 87 tahun adalah Wakil Gubernur pertama Yingjing. Ia juga menjadi saksi bencana. Menurut wawancaranya dalam buku, saat itu sekretaris partai provinsi Li Jingquan dianggap sebagai “panutan” pengikut garis kiri. Ketika menyampaikan ucapan Mao Zedong, Li berkata “kontradiksi antara PKC dan petani adalah partai ingin mengumpulkan lebih banyak sementara petani ingin makan lebih banyak”. PKC bertempur dengan para petani untuk berebut hasil panen.
Partai memerintahkan pejabatnya “penyetoran hasil panen harus dipenuhi, bahkan dengan nyawa manusia sebagai taruhannya”.
Tong Ziping juga berkata selama kelaparan, ia mendengar masyarakat makan daging manusia di pegunungan. Beberapa memotong paha dari mayat anaknya untuk dimakan.
Namun, dalam kondisi bencana, apa yang dilakukan para pemimpin kabupaten adalah menghalangi berita bocor ke luar. Mereka menugaskan orang untuk menjaga kantor pos dan memeriksa telegram dan surat. Milisi memblokir jalan untuk menghentikan orang-orang melarikan diri ke kabupaten lain. Mereka lebih suka melihat warga mati daripada lari dari kelaparan!
Tong Ziping berkata dalam 50 tahun terakhir tidak ada yang bertanggung jawab atau meminta maaf. Selain itu, partai selalu berusaha menutupi kebenaran dan menghapus memori dari pikiran masyarakat. Tapi, 53 tahun telah berlalu, masyarakat Yingjing masih tidak dapat melupakan sejarah yang penuh darah dan air mata.
Tong berkata, kebenaran selalu bersemayam dalam hati rakyat. Yang selamat akan menceritakan kisah kepada anak-anak mereka, mencatat sejarah dalam tulisan-tulisan dan menyebarkan kebenaran di Internet, sebagai pelajaran penting bagi generasi mendatang. (int)