Wisata & Ibadah di Masjid Cheng Ho

amasjidchengh copy

Bangunan Masjid Cheng Ho seluas 231 meter persegi yang berada di komplek PITI (Pembina Iman Tauhid Islam) di Jalan Gading Surabaya itu mengambil bentuk yang menonjolkan kekhasan budaya Tionghoa. Hampir setiap bulan selalu datang puluhan wisatawan asing. Mereka antara lain dari Singapura, Malaysia, Vietnam, China, Belanda, Prancis, Amerika, Australia dan sebagainya.
Bentuk Masjid Cheng Ho Surabaya yang menjadi acuan adalah Masjid Niu Jie di Beijing, yang dibangun pada 996 masehi. Pembangunan masjid yang dimulai sejak Oktober 2001 itu selesai hanya dalam waktu enam bulan. Masjid ini berdiri atas dukungan semua masyarakat, termasuk masyarakat Tionghoa non-muslim.
Masjid Cheng Ho menawarkan suasana berwisata sekaligus beribadah, memiliki bentuk bangunan masjid yang berbeda pada umumnya, dominasi bangunan akan ditemukan bentuk yang bergaya arsitektur tiongkok.
Sepintas masjid ini nampak menyerupai sebuah bangunan klenteng (tempat pribadatan umat buddha) yang memiliki pola bentuk menyerupai pagoda .
Masjid ini diprakarsai muslim Tionghoa yang ada di surabaya, untuk menghormati Laksamana Cheng Ho sebagai admiral angkatan laut yang bertugas menjalin persahabatan dan menyebarkan ajaran agama Islam di Indonesia khusunya pulau Jawa.
Warna bangunan arsitektur Tiongkok dikenal memiliki kombinasi warna warna primer begitu halnya dengan penggunaan warna pada Masjid Cheng Ho yang memiliki dua warna, warna merah dan hijau namun warna merah lebih dominan melekat di bangunan ini yang menyimbolkan elemen api.
Dalam fengsui elemen ini memiliki makna selatan sebagai lambang keberuntungan dan kemakmuran atau ketulusan dan kebenaran khusunya bagi kepercayaan masyarakat Tionghoa, dan gaya bentuk Masjid Cheng Ho terlihat sangat menyerupai konstruksi bangunan tradisonal Asia Timur memiliki atap bertingkat dengan sisi ruas akan melengkung secara utuh inti atap bangunan nampak menyerupai pagoda.
Memasuki interior dalam Masjid Cheng Ho juga didominasi warna merah serta beberapa warna putih dan biru namun tidak mencolok. Memasuki mesjid para wisatawan akan melewati pintu tak berpalang, memberikan sisi rancangan dari penyambutan interior yang ramah untuk semua suku dan agama.
Di dalam wisatawan akan menapaki ubin dari keramik yang indah serta sisi sudut terlihat hiasan ukiran kaligrafi. Menaiki tangga dan memasuki aula utama juga terdapat tiga tiang pintu yang saling berdampingan serta tak berpalang, atap di dalam masjid juga dibiarkan tanpa penuntup sehingga bentuk kontruksi dari kerangka atap akan terlihat indahnya
Masjdi Cheng Ho tak sekedar tempat peribadatan namun mencerminkan sisi dari sejarah keberadaan Laksaman Cheng Ho itu sendiri, akulturasi kebudyaan dan kehidupan yang bertoleransi antara umat beragama. (Int)

Close Ads X
Close Ads X