Pohon Waru Teduh dan Rindang

Waru=GO GREEN
Sebenarnya tanaman Waru ini masih semarga dengan Kembang Sepatu. Tumbuhan ini asli dari daerah tropis di Pasifik barat namun sekarang tersebar luas di seluruh wilayah Pasifik dan dikenal dengan berbagai nama seperti hau (bahasa Hawaii), purau (bahasa Tahiti), beach Hibiscus, Tewalpin, Sea Hibiscus, atau dalam bahasa Inggris disebut Coastal Cottonwood.
Di Indonesia tumbuhan ini memiliki banyak nama seperti baru, baru dowongi, haru, halu, faru, fanu , dan lain-lain. Tanaman ini memiliki daun yang bertangkai, bundar atau bundar telur berbentuk jantung dengan tepi rata, memiliki garis tengah hingga 19 cm, bertulang daun menjari, sebagian tulang daun utama dengan kelenjar pada pangkalnya di sisi bawah daun dan sisi bawah berambut abu-abu rapat. Daun penumpu bundar telur memanjang, 2,5 cm, meninggalkan bekas berupa cincin di ujung ranting.
Sementara bunganya berdiri sendiri atau dalam tandan berisi 2–5 kuntum. Daun kelopak tambahan bertajuk 8–11, lebih dari separuhnya berlekatan.
Daun mahkota bunga berbentuk kipas, berkuku pendek dan lebar 5–7,5 cm, berwarna kuning, jingga, dan kemerah-merahan, dengan noda ungu pada pangkalnya. Buahnya berbentuk telur, berparuh pendek, beruang 5 tak sempurna, membuka dengan 5 katup. Bijinya kecil, dan berwarna coklat muda. Akar waru berbentuk tunggang dan berwarna putih kekuningan.
Tanaman ini dijadikan sebagai tanaman pelindung karena memiliki kemampuan bertahan yang tinggi yakni toleran terhadap kondisi masin dan kering, juga terhadap kondisi tergenang. Tumbuhan ini tumbuh baik di daerah panas dengan curah hujan 800 sampai 2.000 mm. Waru biasa ditemui di pesisir pantai yang berpasir dan hutan bakau. Waru tumbuh liar di hutan dan di ladang, kadang-kadang ditanam di pekarangan atau di tepi jalan sebagai pohon pelindung.
Pada tanah yang subur, batangnya lurus, tetapi pada tanah yang tidak subur batangnya tumbuh membengkok, percabangan dan daun-daunnya pun lebih lebar. Sebagai sebuah pohon, tanaman Waru pastilah memiliki kayu. Kayu terasnya agak ringan, cukup padat, berstruktur cukup halus, dan tak begitu keras; berwarna kelabu kebiruan, semu ungu atau coklat keunguan, atau kehijau-hijauan.
Liat dan awet bertahan dalam tanah, kayu waru ini biasa digunakan sebagai bahan bangunan atau perahu, roda pedati, gagang perkakas, ukiran, serta kayu bakar.
Dari kulit batangnya, setelah direndam dan dipukul-pukul, dapat diperoleh serat yang disebut lulup waru. Serat ini sangat baik untuk dijadikan tali. Serat ini juga merupakan bahan yang penting, dan berasal dari pepagan waru dan dipakai untuk membuat tali. Yang selanjutnya dapat dipergunakan sebagai bahan dasar membuat jaring dan tas-tas kasar. Selain kegunaan Waru yang bisa diambil kayunya, tanaman ini juga memiliki kegunaan di bagian daunnya. Daunnya dapat dijadikan pakan ternak jika sudah tua, namun jika masih muda dapat dijadikan sayuran.
Daunnya bisa juga untuk menggantikan daun jati dalam proses peragian kecap.
Daun yang diremas dan dilayukan digunakan untuk mempercepat pematangan bisul. Daun muda yang diremas digunakan sebagai bahan penyubur rambut. Daun muda yang direbus dengan gula batu dimanfaatkan untuk melarutkan (mengencerkan) dahak pada sakit batuk yang agak berat. Kuncup daunnya digunakan untuk mengobati berak darah dan berlendir pada anak-anak. Akar tanaman waru bisa dipakai untuk obat demam. (int)

Close Ads X
Close Ads X