Dunia dalam Satu Genggaman

Sebuah film cerita fiksi Amerika pernah mengeksplorasi fantasi dunia anak. Sebuah mesin waktu bisa menjadi pintu masuk ke dunia lain: dunia masa lalu, dunia masa depan, dunia antah berantah, bahkan dunia aneh. Dengan kreativitas serupa, film lainnya mengksplorasi fantasi dunia digital. Seorang anak tersedot masuk ke dalam layar monitor playstation dan entah bagaimana menjelaskannya, sang anak bisa masuk ke alam cerita game yang baru dimainkannya.
Dunia imajinasi terkadang tidak perlu penjelasan, mengapa ini dan itu bisa terjadi. Dunia imajinasi membebaskan penjelasan tentang apa yang dipikirkan, kemudian mengembara liar sesukanya. Demikian liarnya, sehingga segala sesuatu yang dipikirkan selalu mungkin terjadi dan bisa saja terjadi di alam imajinasi.
Pencapaian teknologi merupakan kendaraan yang mengantar kita tidak hanya menuju kemudahan aktivitas, tapi kenderaan yang bisa mengantar kita ke alam nyata yang sebelumnya cuma imajinasi. Contohnya, penemuan teknologi komputer dan telepon seluler, tidak hanya menawarkan kemudahan aktivitas kehidupan, namun tanpa disadari telah mengubah alam imajinasi menjadi nyata. Kemajuan teknologi bahkan telah mengubah gaya hidup dan pandangan-pandangan hidup kita sebelumnya.
Dulu sekali, ada orang bisa berkomunikasi jarak jauh tanpa harus bertatap muka dengan orang yang diajak berkomunikasi, sesuatu yang menakjubkan. Kemampuan orang itu menjadi cerita yang melegenda karena dianggap sakti mandraguna. Bagi orang-orang yang tidak memiliki kesaktian serupa, keinginan seperti itu hanya diwujudkan dalam dunia imajinasinya.
Hmm. Tetapi sekarang? Kita sepakat tidak ada “kesaktian” mustahil seperti yang kita kira. Sekarang ini orang tidak hanya bisa berkomunikasi jarak jauh dengan suaranya saja, tapi bisa melihat wajah lawan bicara juga. Untuk memiliki kemampuan itu tidak perlu bertapa, karena anak kecil pun bisa.
Teknologi seluler telah mengubah dunia hanya dalam satu genggaman. Dalam perkembangannya seluler tidak hanya memfasilitasi cara berkomunikasi jarak jauh lewat suara, namun kini sudah difungsikan banyak hal. Mau internetan mengunjungi situs-situs umum di mana banyak orang ngobrol, cari kenalan, bisa dilakukan dalam genggaman. Mau transaksi bank, bayar telepon, beli sesuatu yang diinginkan atau mencari hiburan, tersedia dalam genggaman. Pendek kata, dunia benar-benar hanya ada dalam satu genggaman.
Dunia dalam satu genggaman sekaligus merevisi ungkapan klasik: dunia tidak selebar daun kelor. Faktanya sekarang, dunia justru sekecil daun kelor yang bisa kita kantongi dalam bentuk ponsel, bisa disimpan dalam bentuk laptop atau komputer. Teknologi juga mengubah cerita fiksi menjadi nyata.
Kisah mesin waktu yang bisa menyedot seseorang memasuki dunia lain kini bisa saja dilakukan. Lalu, apa jadinya? Di kehidupan nyata, kemajuan ini rupanya meninggalkan masalah sosial yang boleh jadi risiko yang tidak pernah dihitung penciptanya.
Begitulah. Belakangan kerap kita temui kasus-kasus kehidupan dari dunia maya. Penipuan lewat internet, pembobolan bank, konflik sosial, perdagangan ABG hingga penculikan dan melarikan anak gadis orang.
Banyak orangtua bangga melihat anak-anak sekarang menguasai teknologi. Masih kelas 5 SD sudah pintar menjelajah dunia maya lewat internet. Sayangnya kebanggaan orangtua tidak dibarengi kesadaran teknologi menjadikan tembok pagar rumah kita tidak terlihat. Anak-anak di dalam kamar yang dikira aman dari dunia luar, ternyata berhasil “menjebol” tembok rumah lewat jendela layar digital laptop atau ponselnya. Mereka kemudian mengembara liar di belantara dunia maya, bermain di “tempat umum”, berinteraksi dengan orang-orang yang tidak dikenal secara nyata latar belakangnya. Layaknya tempat umum dunia nyata seperti plaza, taman dan lainnya, orangtua kurang menyadari di lingkungan dunia maya ancaman kejahatan tidak kalah serunya. Di sana ada pencopet, penipu, perampok, penculik, bahkan pemerkosa. Waspadalah!

Close Ads X
Close Ads X