Sabu Asal Tiongkok lebih Mantap Dibanding Indoa

foto kakiJakarta | Jurnal Asia
Badan Narkotika Nasional (BNN) menggagalkan penyelundupan sabu sindikat international Malaysia-Aceh. Belakangan diketahui penyelundupan tersebut dilakoni empat WNI asal Aceh.
“Penggungkapan tersebut dilakukan berkat informasi masyarakat yang didapatkan berdasarkan penyelundupan narkoba dari Malaysia,” ujar Deputi Pemberantasan BNN, Brigjen Deddy Fauzi Elhakim dalam rilisnya dikantornya, Cawang, Jakarta Timur, Senin (17/2) .
Dedy menuturkan usaha menggagalkan penyeludupan sabu terjadi pada tanggal 9 Februari 2014 lalu, Aceh Timur. Sebelum tim telah bersiap di kawasan Jalan Darul Aman.
“Pada waktu itu tim juga mendapat informasi adanya rencana transaksi narkoba, selanjutnya dilakukan pengintaian,” imbuhnya. Setelah berjam-jam melakukan pengintaian. Tim penyidik BNN melakukan pergerakan untuk menggagalkan transaksi tersebut.
“Sempat terjadi kejar-kejaran sampai akhir keempat tersangka berhasil ditangkap. Tim berhasil mendapatkan sabu seberat 5.074,1 gram,” imbuhnya.
Keempat tersangka tersebut merupakan warga negara Indonesia. Mereka diketahui bernama Basirudin (39), Nasir (38), Mohajir (34) dan Son (23). “Keempatnya merupakan kurir yang diketahui merupakan orang Aceh,” ungkapnya.
Pengungkapan jaringan pengedar sabu Malaysia-Aceh oleh penyidik BNN dilakukan melalui kerja sama dengan Direktorat Jendral Bea Cukai. Sabu diselundupkan melalui jalur laut. “Kita bekerja sama dengan Bea Cukai Medan, mereka membantu kita dengan sediakan kapal untuk patroli terselubung di laut,” kata Deddy.
Deddy mengungkapkan aksi penyelundupan sabu asal Guangzhou tersebut diotaki oleh Basirudin (39). Sebagai pemain lama tersangka tersebut telah berulang kali menyelundupkan narkotika.
“Basirudin diketahui memiliki kapal, dia merupakan pemain lama bahkan telah berpuluh-puluh kali menyeludupkan sabu tersebut ke Indonesia,” ujar Deddy.
Sabu tersebut diketahui dipesan oleh Warga Negara Malaysia yang telah ditetapkan DPO. Kendati begitu pola penyelundupan tersebut diotaki oleh Basarudin.
“Dari Penang, Malaysia sabu itu dibawa dengan kapal nelayan, untuk sampai ke Aceh itu butuh waktu 18 jam,” imbuhnya.
Deddy mengaku kesulitan dalam pencegahan masuknya narkotika melalui jalur laut. Pasalnya Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang memiliki banyak pelabuhan.
“Sekarang ini kita mencari cara bagaimana melakukan pencegahannya. Karena di Indonesia terlalu banyak pelabuhan ilegal yang dapat digunakan sebagai jalur penyelundupan sindikat tersebut. Lagi pula kita ini negara maritim sehingga terdapat banyak pelabuhan tikus,” ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, sabu yang penyelundupannya berhasil digagalkan memiliki kualitas dan harga lebih mahal dibandingkan dari India.
“Ini paling mantab. Harganya bisa sampai tiga kali lipat. Disini satu gramnya Rp1,2 juta lebih mahal dibaning sabu India,” beber Deddy.
Deddy mengatakan pihaknya telah memegang identitas pemasok sabu tersebut. Pihaknya pun telah menetapkan status DPO bagi pemasok barang haram. “Mereka ini hanya kurir, pemesannya berasal dari balik lapas,” ungkapnya.
Dalam pemeriksaan, Mohajir, satu dari empat tersangka yang diamakan mengaku diberi upah Rp25 juta jika dapat membawa sabu dari Malaysia ke Aceh via jalur laut. Mohajir berangkat mempergunakan kapal miliknya didampingi Nasir.
“Kita sudah buntuti sejak hendak menuju Malaysia. Mereka sempat lolos dari pelabuhan Malaysia. Kita sengaja ikuti sampai Aceh pakai kapal milik Bea Cukai. Kita ingin barang bukti utuh dan tidak terbuang ke laut,” pungkasnya. (Dt)

Close Ads X
Close Ads X