Tujuan awal dari pendidikan ialah mencetak manusia yang cerdas dan kreatif. Namun demikian, ternyata masih memiliki kelemahan pada aspek perkembangan karakter bangsa yang berkualitas. Pendidikan sangatlah penting bagi setiap orang. Apalagi Anak bangsa yang memiliki tanggungjawab besar bagi Indonesia. Namun, moral anak bangsa Indonesia saat ini semakin merosot, maka dari itu pondasi di awal pendidikan haruslah kuat. Alangkah baiknya sejak kecil sudah diberikan pendidikan mengaji. hal itu dapat mencegah rusaknya moral anak bangsa. karena kurangnya pendidikan agama yang ditanamkan sejak kecil dapat berefek pada saat dia besar. Moral adalah perbuatan, tingkah laku, ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Demi mencegah rusaknya moral anak bangsa, diperlukan gerakan yang mengajarkan anak sedari dini menanamkan moral dengan cari mengaji. Karena perkembangan zaman yang super maju membuat sejumlah anak berlomba-lomba mengikutinya.
Akhir-akhir ini, kita melihat berbagai kasus yang mencerminkan penurunan kualitas moral rakyat Indonesia. Mulai dari maraknya kasus tawuran remaja, kasus narkoba dan minuman keras, kasus hamil di luar nikah dan praktik aborsi, Kurangnya pegangan terhadap agama, dengan kurangnya pegangan terhadap agama maka seseorang akan kehilangan jati dirinya sendiri bahkan akan kehilangan kontrol pada dirinya sendiri. Karena kontrol yang paling kuat yaitu terdapat pada dirinya sendiri.Sekuat apapun iman seseorang, terkadang mengalami naik turun.
Kemajuan dunia globalisasi yang semakin menantang kehidupan para anak bangsa tentunya harus dibarengi oleh adanya penguatan moral dan agama sebagai upaya mengantisipasi jika kemajuan dunia globalisasi tersebut dapat menjerumuskan anak bangsa ke arah kehidupan yang negatif serta dapat merusak citra bangsa Indonesia di mata dunia internasional.
Moralitas anak bangsa Indonesia pada jaman sekarang ini menurut beberapa penelitian para pakar psikologi sudah sangat memperihatinkan, karena 75 % dari generasi muda Indonesia sudah terjebak dalam kehidupan bebas yang penuh dengan gemerlapnya penyebaran, penyelundupan dan pemakaian narkoba. Narkoba pada saat ini merupakan bahaya dalam menghancurkan moralitas anak bangsa, karena jaringan peredaran NARKOBA dan sejenisnya telah berurat akar di Indonesia, bagaikan suatu jaringan peredaran darah dalam tubuh manusia yang setiap saat dapat mengundang kematian anak bangsa.
Dalam mencegah kerusakan moral anak bangsa, gerakan nusantara mengaji hadir untuk menyelamatkan anak bangsa. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Dikti (Menristekdikti) M Nasir mengatakan, tradisi mengaji harus digalakkan di berbagai kampus. Menurut dia, membaca Alquran dapat mempercepat terlaksananya revolusi mental. Dia mengatakan, mengaji Alquran secara totalitas dapat mencegah sifat-sifat tamak dan menahan diri dari mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya.
Sedangkan revolusi mental, kata dia, menjadi gerakan yang berupaya menjadikan masyarakat lebih saleh, yakni melakukan sesuatu yang benar dengan proses dan cara yang benar. “Revolusi mental harus segera digalakkan di seluruh Nusantara,” kata dia. (Sindonews.com)
Selain itu, gerakan nusantara mengaji ini dinilai mampu membangun karakter bangsa. Dalam mengaji anak-anak akan menjadi pribadi yang lebih baik. Gerakan ini juga menjalin kerjasama dengan kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) untuk membuat program Nusantara Desa Mengaji. Program tersebut untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, tak hanya secara fisik tetapi juga mental dan spiritual.Koordinator Nusantara Mengaji, Jazilul Fawaid mengatakan, Indonesia dibangun dari spirit Alquran oleh para pendiri bangsa. Agar pembangunan bangsa ini tidak melenceng dari niat awalnya, kata dia, perlu ada gerakan Nusantara Mengaji di seluruh wilayah di Tanah Air.
Apapun itu, yang jelas peran orang tua untuk mengajarkan anak mengaji secara langsung jauh lebih baik dan efektif dari pada diserahkan kepada orang lain. Sebab secara psikologis keterikatan emosional akan terbentuk sedemikian rupa antara mereka. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap perilaku, kebiasaan anak sekaligus membentuk karakter mereka. Perlu diingat bahwa habituasi (pembiasaan) dengan kegiatan-kegiatan baik serta ketauladanan orang tua memiliki peran besar dalam membentuk karakter anak. Dia ibarat fondasi kokoh yang sulit diruntuhkan. Sadarkah kita bahwa pekerjaan para tokoh pembaruan yang sulit bukanlah menemukan ide-ide pembaruan akan tetapi mendekonstruksi budaya buruk yang sudah terbangun secara kolektif. Artinya ketika budaya dan kebiasaan tersebut dibangun berdasarkan nilai-nilai kebaikan, maka dia akan tumbuh menjadi budaya baik yang kokoh dan mampu bertahan walaupun diterpa berbagai godaan dan hasutan.
*)Penulis Adalah Alumni FKIP UMSU