Penerapan Hidden Curriculum dalam Membentuk Karakter Siswa

Oleh : Lidia, S.Pd.I
Melihat tingkah laku sebagian pelajar saat ini, kelihatanya sering kita menyaksikan tingkah laku yang kurang bermoral. Seperti, ada diantara sebagian siswa yang tidak patuh pada guru maupun orang tuanya, tidak adanya rasa saling menghormati kepada orang yang lebih tua dan munculnya tindakan tawuran yang dilakukan oleh sekelompok siswa.

Hal seperti ini tidak jarang terjadi di depan mata kita, tanpa terkadang sebagai pendidik kita mampu mencegahnya baik dengan kekuatan maupun dengan lisan. Perilaku siswa yang semangkin tidak bermoral tersebut yang terjadi akhir-akhir ini, membuat tugas guru semangkin berat. Guru harus senantiasa me­nanamkan karakter kepada siswa untuk mengatasi dan membentengi, bahkan mencegah agar siswa melakukan perilaku yang tidak bermoral.

Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menanamkan karakter kepada siswa adalah dengan menerapkan hidden curriculum (kurikulum tersembunyi). Hidden curriculum dapat juga diartikan sebagai kurikulum yang tidak direncanakan.

Mengenai kurikulum Hilda Taba mengatakan bahwa “curriculum is a plan for learning”, yakni aktivitas dan pengalaman anak di sekolah harus direncana­kan agar menjadi kurikulum. Ada juga yang berpendapat bahwa kurikulum sebenarnya mencakup pengalaman yang direncanakan dan juga yang tidak direncanakan, yang disebut kurikulum tersembunyi.

Pada lingkungan sekolah hidden curriculum pada dasarnya berfungsi dan mendukung serta menyempurnakan kurikulum formal. Terdapat sejumlah aspek untuk mengimplementasikan hidden curriculum di sekolah, di antaranya praktik dan hasil pembelajaran yang tidak diuraikan dalam kurikulum formal dan hanya melalui petunjuk dan kebijaksanaan sekolah. Karena itu, kurikulum formal dan Hidden curriculum saling melengkapi, keduanya tidak dapat dipisahkan dalam prakteknya di lingkungan sekolah.

Dalam pelaksanaan pen­didikan di sekolah tidak disadari oleh para pelaksana pendidikan ataupun perencana pendidikan akan peran dan penerapan hidden curriculum sebagai upaya mendukung pencapaian tujuan pendidikan, kemudian efektifitas pendidikan karakter dapat terli­hat dengan pola-pola interaksi yang keseharian yang dilakukan guru, staf dan siswa.

Meliputi segala bentuk ucapan, sikap dan perilaku yang terjadi pada unsur-unsur di lingkungan sekolah terekam dan terinternalisasi menjadi kebenaran dan nilai dalam diri anak. Misalnya dengan menerapkan perilaku sederhana, seperti menanamkan nilai tanggung jawab dan disiplin pada siswa. Seperti guru memberikan contoh pada siswa dengan datang sebelum dimulainya waktu belajar. Tentunya apabila semua tenaga pendidik mampu menerapkan tanggungjawab itu, otomatis anak meyakini datang sebelum waktu belajar merupakan nilai yang harus dijadikan pedoman.

Dengan demikian, tanpa guru mengajarkan pengertian dan segala aspek tentang tanggungjawab dan perilaku guru lebih baik dalam proses pembelajaran. Tentu dibutuhkan kesepakatan perilaku dan tindakan seluruh orang terlibat sangat efektif guna menanamkan nilai-nilai karakter dan moral. Itu merupakan bagian dari contoh penerapan hidden curriculum yang terdapat dilingkungan sekolah.

Sebenarnya penerapan hidden curriculum di lingkungan sekolah harus lebih di maksimalkan lagi terutama dalam masalah penanaman karakter bagi siswa. Karena itu, sekolah perlu mengambil langkah strategis untuk mulai menerapkan pendidikan karakter. Selama ini pendidikan hanya terkesan berorientasi pada penyelesaian materi ajar semata, sementara nilai yang tercakup dalam pendidikan karakter akan efek­tif bila diberikan melalui hidden curriculum.

Dan dalam penerapan hidden kurikulum dapat dibuat berbagai kegia­tan di dalam maupun di lu­ar proses pembelajaran yang mengharuskan adanya interaksi, komunikasi, kebersamaan dan tanggungjawab. Dengan memaksimalkan penerapan hidden curriculum di lingkungan sekolah tentunya penanaman karakter pada siswa akan terlaksana dengan baik.
*) Penulis Alumni FAI UMSU.

Close Ads X
Close Ads X