Membudayakan Kelas Inspiratif

pendidikan-kabupaten-cirebonMengamati bagaimana siswa di kelas kurang bergairah belajar, ini menunjukkan bahwa di kelas tersebut belum terbangun belajar yang nyaman dan mengembirakan. Disinilah letak pentingnya peranan seorang guru, sehingga bukan hal yang terlalu berlebihan jika ada penilaian bahwa hasilatau setidaknya proses pendidikan di kelas tergantung peranan guru.

Walaupun peranannya sangat menentukan, namun harus disadari bahwasanya guru bukan satu-satunya penentu keberhasilan atau kegagalan pembelajaran. Sebab, keberhasilan atau kegagalan pembelajaran dipengaruhi beragam faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, guru harus menghindari sikap merasa sebagai pihak yang paling berjasa dan paling menentukan dalam keberhasilan pembelajaran.

Melalui aktivitas di kelas siswa diharapkan dapat memperoleh kemampuan yang dibutuhkan dirinya maupun oleh lingkup masyarakatnya, sehingga mampu memberikan kontribusi nyata sesuai dengan kapasitas kompetensinya. Kompetensi individual sebagai hasil belajar, diharapkan mampu menjadi modal dasar berkontribusi di masyarakat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Oleh karena itu suatu kelas memerlukan reorientasi yang tidak hanya didominasi oleh kognitif domain, akan tetapi harus diarahkan pada terbentuknya keseimbangan dengan moral and sosial action (Suyanto,2006).

Itu sebabnya dalam implementasinya pendidikan skolastik yang humanistis tidak sekedar mengangkat harkat kemanusiaan seseorang dari sisi intelektualnya, akan tetapi juga esensi etika, estetika dan kinestika dari dalam potensi diri pembelajar.

Sebab itulah yang tampaknya menjadi belum terjadinya perubahan secara signifikan diruangan kelas, sudah seharusnya dibina
kelas inspiratif agar mampu menghadirkan perubahaan dan perbaikan dalam sistem pembelajaran, agar para siswa dan siswi dapat belajar dengan gembira, tumbuh daya pikir kritis, kreatif dan inovatif.

Sudah menjadi tanggungjawab guru untuk dapat membina kelas inspiratif bahkan membudayakan kelas inspiratif ditengah-tengah proses pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru yang menempatkan dirinya sebagai profesi, seyogjanya membangun komitmen pribadi untuk total melaksanakan segala tugas dan kewajiban sebagai guru dengan baik.

Selain itu, berbagai kriteria yang harus dimilki sebagai guru juga harus diusahakan untuk dipenuhi semaksimal mungkin. Sebagai pelengkap dalam aspek kepribadian seorang guru, sebagaimana dikatakan oleh Muhibbin Syah(dalam Ngainum Naim, 2009 :45), ada dua karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesi. Dimana yang pertama adalah, fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta), yaitu kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu.

Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan dalam berpikir dan beradabtasi. Sedangkan yang kedua keterbukaan psikologis yang ditandai dengan kesediannya yang relatif tinggi untuk mengomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern, antara siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempat belajar. Keterbukaan psikologis sangat penting bagi seorang guru mengingat posisinya sebagai figur yang dianut oleh para siswa.

Peran Guru Inspiratif Jika kita lihat peranan guru inspiratif sangat kecil sekali dari guru-guru yang ada yang dapat menjadi seorang guru inspiratif di kelas. Hal ini tentunya ada perbedaan karakter inspiratif tidak bersifat permanen, oleh karena itu, spirit inspiratif harus dikondisikan agar senantiasa menjadi bagian tidak terpisah dari diri seorang guru.

Dalam tulisan (Ngainum Naim, 2009 : 82) mengatakan guru inspiratif merupakan suatu sikap yang harus terus-menerus diperjuangkan dan dijaga. Hal ini penting dilakukan oleh seseorang guru agar mampu senantiasa berusaha menemukan pemantik dan penyulut spirit inspiratif.

Guru sebagaimana dilukiskan Earl V Pullias dan james young bukan hanya menjadi sumber pentransfer ilmu pengetahuan akan tetapi juga berperan sebagai pembimbing, pemberi teladan, moderator, modernisator, peneliti, atau paling tidak sebagai pemberi
inspirasi bagi siswanya.

Dengan demikian , guru yang mengambil peran sebagai inspirator, secara langsung dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, luwes dalam berkomunikasi, rendah hati, selalu ingin belajar dan bekerja keras, fleksibilitas dalam bergaul, berani bersikap, memiliki prinsip dalam kebenaran, dan yang paling utama tidak merasa bosan menjadi seorang pendidik.

Coba bayangkan, seandainnya guru memperlihatkan kebosanannya sebagai seorang pendidik di hadapan siswa siswanya, maka apa yang terjadi? Siswa akan kehilangan semangat untuk belajar dari gurunya. Guru sebagai Teladan Tentu sebagai sosok guru yang mempunyai wibawa dan kharisma akan menjadi panutan bagi siswa oleh karena itu sudah seharusnya guru di jaman sekarang mendapat arti yang luas lagi dalam masyarakat.

Jika kita amati, kiprah dunia pendidikan sering tercoreng oleh perlakukan negatif komponen dalam pendidikan itu sendiri. Kekerasan atau perlakuan intimidasi seorang guru dengan murid maupun orang tua murid dengan guru.

Banyak terjadi perbuatan-perbuatan yang kurang baik ataupun perbuatan yang tidak selayaknya dilakukan, sehingga pada saat ini
mengakibatkan turunnya citra baik dan kewibawaan seorang guru di sekolah maupun dalam masyarakat.

Apabila berdasarkan Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi guru, menetapkan standar kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Jadi seorang guru itu harus mampu menguasai teori-teori pengajaran, memiliki kepribadian yang tangguh sehingga dapat terhindar dari segala perbuatan yang melanggar etika, seorang guru juga memiliki rasa sosial kemanusiaan, serta seorang guru harus bisa menjalankan pekerjaannya secara profesional.

Oleh : ARIPIANTO

*) Penulis Adalah Wakabid Litbang Infokom
DPC GMNI Pekanbaru dan Mahasiswa PKn/FKIP/
Universitas Riau

Close Ads X
Close Ads X