Jalan Tol Jokowi

Mudik. Mulang udik. Ritual sakral tahunan bagi anak rantau ini pasti menyedot perhatian. Dari zaman Soekarno hingga era Jokowi. Dari macet hingga ingar-bingarnya. Dari mulai berangkat hingga para pemudik kembali. Tiap tahun selalu begitu.
Tentu saja tidak semua anak rantau mudik tiap menjelang Lebaran. Ada yang tetap memilih Lebaran di perantauan. Alasannya berbeda-beda. Entah karena kedua orangtua sudah tiada di kampung, entah karena tidak punya biaya perjalanan dan bekal selama di kampung. Meski begitu, kabar mudik selalu menarik. Tiap tahun selalu begitu. Akan tetapi, ada yang berbeda tahun ini.
Riuh-rendah perkara mudik ini dipicu oleh cuitan Mardani Ali Sera. Wakil rakyat dari Fraksi PKS ini naik daun setelah menggadang tagar yang menyita perhatian. Tagar #2019GantiPresiden namanya.
Kembali menyoal suasana damai dan kerukunan yang coba digoyah jelang Hari Raya Idul Fitri, dengan muculnya spanduk yang bertuliskan: “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H. Pendukung #2019GantiPresiden, Anda sedang melewati jalan Tol Pak Jokowi”.
Berikutnya, kalimat terakhir “Anda sedang melewati jalan Tol Pak Jokowi”, ini adalah tujuan utama Sang Pembuat spanduk. Siapapun dalangnya, kalimat terakhir ini, untuk menunjukkan keunggulan Jokowi.
Selanjutnya, spanduk ini menjadi lebih menarik, penuh intrik dan taktik karena memang menjelang tahun politik, maka siapa pembuat spanduk, tidak dicantumkan.
Biarkan publik berpikir, apakah spanduk memang diterbitkan oleh pendukung Jokowi? Atau lawan politik Jokowi? Atau pihak ketiga yang selalu ingin mengambil keuntungan dengan memperkeruh suasana.
Makanya pemilihan tempat pemasangan spandukpun sangat cerdas. Spanduk ‘Jalan Tol Pak Jokowi’ itu dapat terpasang di pagar-pagar pembatas jalan tol. Kemudian dapat dikatakn ironis atau memang sandiwara, PT Jasa Marga, justru seperti tidak mengetahui mengapa spanduk itu ada di jalan tol.
Tapi ya sudahlah. Bagaimana negara kita akan maju jika pekerjaan warganya masih menggalikan lubang dan menjorongkan lawan politik ke dalam lubang itu? Bagaimana negara kita akan maju apabila pekerjaan kita masih berkutat pada menyisir dan menyitir kelemahan lawan politik?
Bagaimana demokrasi kita bisa sehat jika setiap menjelang tahun politik kita hanya sibuk saling memburukkan dan membusukkan? Semoga ini jadi pelajaran untuk semua. (*)

Close Ads X
Close Ads X