Oleh : Zauna Illa
Pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) 9 Desember lalu telah dilaksanakn serentak di beebagai daerah termasuk di Sumatera Utara. Sayangnya antusias pemilih tidak seperti pemilukada sebelumnya, minat masyarakat untuk moncoblos calon pemimpin idaman rata-rata masih rendah. Paling rendah di Medan, kabarnya tingkat partisipasi kurang dari 30 persen.
Masyarakat tentu menginginkan pemimpin mereka yang nantinya bisa mengayomi aspirasi yang ada pada masyarakat. Dari yang selama ini kita ketahui kebanyakan para pemimpin kita yang terpilih tidak menanggapi sedikit pun keluh kesah warganya, malahan terkesan tidak perduli dengan apa yang terjadi pada daerah yang dipimpinnya.
Kita lihat sekarang, kasus korupsi yang paling banyak pelakunya adalah gubernur, walikota sampai bawahnnya juga ikut terkena imbas korupsi atasannya. Tentu masyarakat tidak mau sembarang memilih kali ini mengingat Pemilukada serentak akan dilaksanakan 5 tahun ke depan lagi. Moral pemimpin-lah yang dibutuhkan dalam menjalankan kemajuan suatu daerah. Pemimpin daerah juga turut andil dalam kemajuan bangsa, karena kemajuan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari segi keberhasilan infrastruktur dan teknologinya melainkan dilihat juga dari keberhasilan membina warga masyarakatnya.
Visi dan misi maupun janji–janji diutarakan dengan lantang bagi calon baru. Memajukan ekonomi warga, meminimalisir pengangguran, perbaikan infrasutruktur dan sebagainya merupakan janji – janji lumrah yang sering kita dengar dikala masa kampanye tiba. Masyarakat tentu bosan dengan janji yang tak pernah ditepati tersebut. Secercah harapan baru bagi kehidupan sejahteralah yang diinginkan masyarakat. Harapan untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik, fasilitas pendidikan dan kesehatan yang lebih baik, dan berbagai hal lain yang menjadi harapan yang sangat wajar.
Pilkada itu sendiri seharusnya mampu membawa efek positif dalam perekonomian daerah. Meningkatnya jumlah uang beredar dan mengalirnya berbagai bantuan dari para kandidat kepala daerah, meski sesaat, seharusnya mampu mempertinggi intensitas ekonomi daerah.
Selain itu, para kandidat kepala daerah seharusnya memiliki penguasaan yang sangat baik terhadap berbagai sektor ekonomi di daerahnya sebagaimana layaknya seorang pemimpin.
Bagaimana mungkin menyatakan komitmen kuat untuk memajukan perekonomian daerah tetapi tidak menguasai situasi dan kondisi ekonomi di daerah tersebut. Bayangkan apa dan bagaimana arah, target dan capaian berbagai program di bidang ekonomi yang akan disusun dan dilaksanakan.
Dari pengetahuan yang baik, disertai kemampuan dan komitmen yang baik, akan muncul berbagai program kreatif yang mampu mendorong perekonomian daerah untuk bergerak lebih cepat dengan intensitas yang lebih tinggi. Dengan demikian, akan tercapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, penciptaan lapangan kerja yang lebih banyak, kondisi harga yang lebih stabil, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
Kita tidak bermaksud menjustifikasi, bahwa dengan terpilihnya kepala daerah baru kelak, maka suasana daerah pasti lebih baik, hal itu tentu relatif, namun yanng pasti, siapapun figur terpilih, masyaraat akan menaruh harapan padanya. Sekali lagi, sekecil apapun harapan itu. Lalu, mampukah figur terpilih kelak merawat harapan itu?
Seharusnya iya. Harapan masyarakat merupakan modal bagi kepala daerah terpilih. Harapan tersebut sebenarnya merupakan bentuk kepercayaan masyarakat. Kepercayaan merupakan modal dasar bagi pemerintah dalam membangun daerahnya. Bila ada kepercayaan dari masyarakat, maka partisipasi aktif masyarakat juga lebih besar dalam membangun daerahnya.
Kepala daerah yang kehilangan, atau paling tidak minim kepercayaan dari masyarakatnnya, harus bekerja jauh lebih keras lagi, minimal harus membanngkitkan terlebih dahulu kepercayaan itu.
Tentu kita sangat ingin kepemimpinan seperti yang dipegang oleh Walikota Surabaya Tri Risma Harini. Atau Walikota Bandung Ridawan Kamil yang terbilang cukup berhasil memimpin serta memajukan daerahnya. Harapan akan lahirnya pemimpin atau figur baru di Sumatera Utara ini tentu menjadi idaman bagi masyarakatnya. Karena memang masyarkat kita ini masyarakat modern yang tahu mana pemimpin yang bisa menyejahterakan daerahnya.
Pilkada yang selama ini mungkin dipandang sebagai fenomena politik, sebenarnya memiliki dampak yang sangat luas. Sekarang kepala daerah sudah terpilih. Siapa pun yang terpilih, harus memberi warna yang sangat kuat terhadap daerahnya, baik putih mapun hitam. Kita berharap pilkada di Sumut ini memunculkan orang-orang baru dan terbaik yang mampu membawa daerah ini menjadi jauh lebih baik dalam waktu relatif singkat.
Harapan hanyalah harapan yang mungkin terdengar biasa dan tidak ada artinya, namun kita butuh suatu perubahan ke arah yang lebih baik dari para pemimpin kepala daerah yang baru terpilih. Selamat!
*) Penulis adalah Mahasiswi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
: