Generasi Muda Alih Cita Perjuangan

Sandiaga Salahudin Uno atau sering dipanggil Sandiaga Uno atau Sandi Uno adalah pengusaha muda dan ternama asal Indonesia. Sering hadir di acara seminar-seminar, Sandi Uno memberikan pembekalan tentang jiwa kewirausahaan (entrepreneurship), utamanya pada pemuda. Sandi lahir di Rumbai, Pekanbaru, 28 Juni 1969. Di Indonesia, relatif amat susah mencari orang sukses dalam usia yang relatif muda, setidaknya dalam usia di bawah 40 tahun. Namun demikian, diantara susahnya menemukan orang sukses tersebut, muncul milyarder muda, Sandiaga Salahuddin Uno. Kalangan pengusaha yang tergabung dalam Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia)pasti kenal dengan sosok Sandiaga S. Uno. Dia telah lengser dari jabatan ketua umum pusat organisasi yang beranggota lebih dari 30 ribu pengusaha itu.

Generasi muda sebagai generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa akan mengambil alih tanggung jawab kepemimpinan, mulai dari kepemimpinan keluarga sampai dengan kepemimpinan bangsa dan negara. Generasi muda dengan kepribadian yang belum stabil, gemar meniru, dan mencari-cari pengalaman baru sangat mudah terpengaruh dan mengadopsi nilai-nilai yang mereka anggap modern dan trend untuk dijadikan anutan dalam menjalani kehidupan mereka. Masalah yang cukup serius dan tidak henti-hentinya dibicarakan oleh berbagai kalangan adalah masalah generasi muda sebagai generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dengan berbagai konsekuensi yang menyertainya.

Generasi yang siap atau tidak akan mengambil alih tanggung jawab kepemimpinan, mulai dari kepemimpinan rumah tangga sampai kepemimpinan bangsa dan negara. Keadaan yang demikian mengharuskan adanya upaya pembinaan yang dilaksanakan secara kontinyu, terprogram dan terarah, agar potensi yang mereka miliki dapat berkembang secara optimal menjadi kekuatan konkret.

Generasi muda dengan kepribadian yang belum stabil, emosional, gemar meniru dan mencari-cari pengalaman baru, serta konflik jiwa yang dialaminya, merupakan sasaran uta­ma orang, organisasi atau bangsa tertentu un­tuk mengaburkan nilai-nilai moral yang akan dija­dikan pegangan dalam menata masa depan mereka.

Di samping masalah dekadensi moral atau ke­bobrokan akhlak yang melanda sebagian ge­nerasi muda yang sangat meresahkan berbagai ka­langan, masalah ekonomi pun (kesulitan hidup) dari hari ke hari cukup menyengsarakan dan meng­ancam ketenteraman kehidupan keluarga. Ke­dua masalah ini saling berkaitan, sebab dengan ke­bejatan moral sebagian anggota keluarga me­nyebabkan terjadinya penghamburan harta atau adanya pengeluaran untuk urusan yang tidak ber­manfaat. Begitu pula, dengan kesulitan eko­no­mi akan menyebabkan pengangguran yang ter­kadang mengakibatkan terjadinya pelang­gar­an norma-norma yang dianut dalam suatu masyarakat.

Dalam upaya pembinaan generasi muda terkadang terjadi diskomunikasi antara generasi tua dengan generasi mudanya, sehingga sebagian generasi tua sering menyoroti generasi mudanya dengan penilaian negatif; dianggapnya mereka kurang patuh atau tidak mengindahkan aturan-aturan moral, tidak menghormati dan menghargai generasi tua, tidak mampu atau kurang bertangung jawab terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka, bahkan di antaranya ada yang mencap generasi muda sebagai generasi yang kehilangan arah dan tujuan atau generasi yang rusak.

Sebaliknya, tidak jarang pula generasi muda yang merasa kesal terhadap generasi tua sebagai generasi yang egois, hanya merasa benar sendiri, ingin dihargai dan dihormati, mereka hanya menyalahkan saja tanpa mengarahkan dan membimbing, tidak mau menyerahkan tugas-tugas kepada generasi muda karena beranggapan bahwa mereka tidak memiliki rasa tanggung jawab dan tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Sikap saling menyalahkan antara generasi tua dengan generasi muda bukannya akan memperlancar proses alih generasi, melainkan justru menjadi penghambat.

Sementara alih generasi secara otomatis akan tetap berlangsung baik dengan proses yang normal ataupun tidak. Oleh karenanya, Muthahhari mengecam cara-cara generasi tua dalam melaksanakan bimbingan dan pengarahan kepada generasi muda dengan memaksakan cara-cara usang yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Apabila hanya dengan melontarkan kecamankecaman pedas yang ditujukan kepada generasi muda, dengan menuduh mereka sebagai generasi rusak yang tidak ada kebaikannya sedikit pun, tanpa upaya memahami segala aspirasi, keraguan, dan juga keluhan-keluhan yang berkecamuk dalam hati mereka. Generasi muda sendiri pada hakikatnya adalah kelompok masyarakat yang menginginkan penghargaan dan peran dalam masyarakat, serta kejelasan akan masa depannya.

Apabila keinginan tersebut tidak dapat mereka peroleh secara wajar, maka mereka pun mungkin berbuat sesuatu yang tidak wajar sifatnya dengan maksud mendapatkan perhatian dari lingkungannya. Para pemuda perlu mengasah otaknya, membaca dan mengambil pelajaran berbagai peristiwa masa lampau dan masa sekarang, sehingga dapat menemukan jalan yang benar dalam mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Kiranya bermanfaat bila dicermati dan dianalisa untaian puisi yang diungkapkan oleh seorang pemuda yang pandai dan terdidik yang dicaci maki dan dihina karena kemiskinannya oleh seorang yang kaya raya tetapi bodoh sebagai berikut: Janganlah kau berkata: Inilah turunanku dan inilah kelas dan statussosialku; Sesungguhnya pemuda yang sejati adalah pemuda yang berprestasi dan bereputasi; Aku tidak berbangga karena kaumku, namun mereka bangga karena mereka punya aku, aku tidak mulia karena kaum dan golonganku, bahkan mereka mulia karena diriku;Kemuliaanku dan ketinggianku karena prestasiku dan bukan berbangga karena nenek moyangku.
Penulis adalah Pemerhati Generasi Muda

Close Ads X
Close Ads X