Capres 2014, Mana Gagasanmu?

Oleh :   Ridwansyah Yusuf Achmad
Mereka hanya bermain pada pencitraan, gembar-gembor quote yang menarik hati, serta rangkaian iklan yang cenderung monoton. Dalam forum terbuka atau media massa pun, mereka kerap bermain dengan pernyataan normatif: pendidikan Indonesia lebih berdaya saing, pembangunan industri berkelanjutan, tatakelola pemerintah berbasis good governance, atau ekonomi yang mengutamakan rakyat kecil. Atau sekedar jargon tanpa bentuk seperti Negara Kesejahteraan, Indonesia Unggul, atau Indonesia yang Lebih Baik.
Pernyataan semacam itu bukanlah gagasan yang ingin didengar oleh publik, tetapi publik ingin mendengar dan juga perlu dibiasakan- tentang berapa persen pajak yang harus dibayar ketika mereka buka usaha, sejauh mana subsidi kesehatan bagi kelas bawah dan menengah, bagaimana strategi ekonomi agar kurs rupiah menguat terhadap Dollar Amerika, atau tentang bagaimana skema pembangunan desa versi capres pasca disahkannya UU Desa pekan lalu. Bila diskusi semacam ini dilakukan oleh para capres, maka perdebatan mengenai strategi jitu membangun Indonesia bisa lebih dirasakan oleh publik.
Perbedaan gagasan antara capres sejatinya bisa menjadi kesempatan bagi presiden terpilih kelak untuk mematangkan konsep pengelolaan negeri ini.
Selama masa kampanye, seorang capres dituntut untuk mampu memiliki data akurat, memetakan tantangan secara jelas, dan mengolahnya menjadi strategi jitu dalam membangun Indonesia.
Sehingga, perang dalam pemilu adalah perang pemikiran dan gagasan, bukan perang media dan pencitraan. Jangan sampai pemilihan presiden republik ini tak ubahnya pemilihan Idol yang hanya berbasiskan wajah, kesukaan sikap, atau sekedar suara tanpa isi.
Pemilu adalah kontestasi gagasan, bukan arena ajang adu bakat mencitrakan diri. Saya kira, publik juga sudah muak dengan ribuan spanduk, baliho, dan poster yang hanya berisikan wajah berukuran besar dengan sedikit sekali informasi mengenai program apa yang ia bawa. Pemilihan presiden adalah wahana untuk merapatkan rakyat dalam menentukan masa depan Indonesia. Rakyat perlu digiring untuk mendukung gagasan, bukan sosok rupawan. (selesai)
*)Penulis adalah pemerhati politik ekonomi.

Close Ads X
Close Ads X