Apresiasi Goh Chok Tong Kepada SBY

ddAkhirnya, Mantan Perdana Menteri Singapura Goh Chok Tong, memuji kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menurutnya, SBY telah menunjukkan kemauan, keluwesan, dan kenegarawanan yang bermartabat dalam mengatasi masalah kabut asap. Pujian ini secara gamblang disampaikan dirinya melalui halaman Facebook-nya.

 Menurut Goh, jumlah titik api di Sumatera telah turun dan indeks standar polutan (PSI) telah dalam angka yang moderat. Selain itu Goh, menilai ini terjadi atas arahan Presiden Indonesia kepada para menterinya untuk memadamkan kebakaran, ditambah kondisi cuaca seperti hujan dan perubahan arah angin yang lebih bersahabat. Seperti penulis ketahui, bencana yang terjadi beberapa hari terakhir, ditimbulkan akibat kebakaran hutan di wilayah Riau yang menimbulkan kabut asap dan terus membubung jauh. Bahkan, telah melintasi batas wilayah NKRI. Efeknya, masalah ini menjadi teror di langit Singapura dan Malaysia.

Pernyataan yang disampaikan Menteri Senior Emeritus, selain menunjukan sikap persahabatan yang ditunjukan Singapura kepada bangsa Indonesia, sekaligus mematahkan pemberitaan negatif yang disampaikan media Singapura. Beberapa waktu lalu, media Singapura memberitakan Indonesia dianggap terus mencemari udara Singapura dan sejak kabut asap akibat kebakaran di Riau menyelimuti negara yang menjadikan singa sebagai ikon sejak 1997. Bukan hanya sekadar menganggap Indonesia sebagai pembawa malapetaka, media di sana secara terang-terangan terus memojokkan dengan menganggap tidak ada upaya serius dari pemerintah Indonesia untuk menangani permasalahan ini.

Pemberitaan yang disampaikan media di sana, penulis akui sangat bertolak belakang dengan apa yang SBY lakukan untuk mengatasi permasalahan ini. Yudhoyono, dengan gamblang telah menjelaskan bahwa bencana asap yang terjadi di tahun 2013 ini sangat berbeda. Dan pemerintah Indonesia sejak 2006 terus melakukan pencegahan, bahkan pada tahun yang sama hampir tidak ada, tetapi tahun 2013 ini, penulis akui sebagai kejadian yang sangat khusus luar biasa. Selain karena ada faktor yang ekstrim cuaca panas, flameable dan lahan gambut disamping ada fakor manusia

Keseriusan pemerintah dalam menanggulangi kabut asap yang mengakibatkan negara tetangga yakni Malaysia dan Singapura terkena dampaknya, terkesan sia-sia dan tak berarti di mata media Singapura. Padahal untuk mengatasi permasalahan ini, SBY tidak tinggal diam dan menutup mata. Dirinya secara langsung telah memimpin apel dan melepas 3.049 personel satgas penanggulangan bencana asap yang memiliki tugas khusus untuk memadamkan kebakaran hutan di Riau. Satgas yang dikirim ini merupakan personel gabungan dari TNI AD, AL, AU, Polri, Kemenhut, BPPT dan BMKG.

Sedangkan untuk mengawal akuntabilitas anggaran yang digunakan untuk kegiatan itu, Pemerintah mengirim petugas Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP). Sebelum pasukan ini diterjunkan sebelumnya sudah ada 2.300 personel dari TNI, Kemenhut dan Kemensos yang berada di Riau untuk melakukan pemadaman kebakaran.

Langkah ini terbukti efektif. Sebelumnya diberitakan, asap kiriman dari Riau yang telah menghiasi udara di sekitar gedung pencakar langit di sepanjang Orchard Road, Singapura. Kini telah berangus-angsur menghilang. Pada hal sebelumnya daerah yang tadinya bersih dari ganguan polusi, menjadi pekat dan pengap oleh kabut asap.

Kini, warga Singapura dapat bernafas lega, kabut asap dikabarkan terpantau terus mengalami penurunan yang signifikan merujuk data indeks kualitas udara yang dilansir Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pada Ahad (30/6/2013), menyebutkan, sejak Sabtu (29/6/2013) kualitas udara di Singapura sudah berada pada level sedang dengan indeks berkisar di angka 59 polutan standar indeks (PSI). Angka tersebut menurut catatan BNPB sudah cukup baik dibandinghkan beberapa hari sebelumnya yang sempat mencapai 300 PSI. Sementara untuk sejumlah wilayah di Malaysia seperti Kualalumpur dan Selangor, BNPB mencatat kualitas udara telah berada di kisaran 44 hingga 48 PSI yang merupakan titik terendah dibandingkan hari-hari sebelumnya yang rata-rata berada di level kurang sehat atau di atas 100 PSI.

Oleh : Ferry Ferdiansyah

Penulis merupakan Mahasiswa.

Close Ads X
Close Ads X