Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2015 | Dramatis, Lindaweni Tembus Semifinal

Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia Lindaweni Fanetri mengembalikan kok ke arah lawannya pebulu tangkis Taiwan Tai Tzu Ying saat berlaga pada babak perempat final Kejuaraan Dunia Bulutangkis Total BWF 2015 di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (14/8). Lindaweni Fanetri melaju ke babak semi final setelah mengalahkan lawannya dengan skor 14-21, 22-20 dan 21-12. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/kye/15.
Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia Lindaweni Fanetri mengembalikan kok ke arah lawannya pebulu tangkis Taiwan Tai Tzu Ying saat berlaga pada babak perempat final Kejuaraan Dunia Bulutangkis Total BWF 2015 di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (14/8). Lindaweni Fanetri melaju ke babak semi final setelah mengalahkan lawannya dengan skor 14-21, 22-20 dan 21-12. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/kye/15.

Jakarta | Jurnal Asia
Linda Wenifanetri memastikan satu tempat di babak semifinal ajang Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2015. Dia meraihnya secara dramatis lewat pertarungan yang berat dengan mengalahkan Tai Tzu Ying dalam tiga gim 14-21, 22-20, dan 21-12.

Bermain di Istora Senayan Jakarta, Jumat (14/8), duel ketat kedua pemain ini sudah berlangsung sejak set pertama. Tai Tzu Ying yang merupakan pemain dengan peringkat 5 dunia mampu mengungguli Lindaweni dengan skor 21-14. Linda kalah setelah pemain tunggal Taiwan itu berhasil membukukan tujuh poin beruntun.

Di gim kedua, Linda bisa mem­perpanjang napas. Dia Sem­pat tertinggal 14-20, tapi akhirnya bisa membalikkan keadaan usai menuai kemenangan dengan skor akhir 22-20. Di gim penentuan, kejar-mengejar poin berlangsung hingga skor 4-4. Setelah itu Linda bisa terus selalu unggul. Margin terbesar keunggulan Lin­da adalah delapan poin saat skor 18-10.

Linda bisa mendapatkan dua poin berurutan setelah dua kali pengembalian Tzu Ying menyangkut net. Tzu Ying sempat menambah satu poin lagi, tapi pengembalian pemain unggulan keempat itu yang menyangkut net usai itu menentukan laju Linda ke semifinal. Stamina Tzu Ying yang terus menurun merupakan salah satu faktor yang dimanfaatkan Linda untuk merebut set terakhir. “Pelatih tadi mengatakan saya punya kesempatan pada game ketiga. Saya berusaha memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya,” kata Linda.

Linda bangga lolos ke semifinal karena nomor tunggal putri tidak dibebani target oleh PBSI. “Saya ingin membuktikan diri dalam kejuaraan ini dan memberikan per­mainan maksimal yang terbaik. Semula saya hanya ingin lolos dari pemain Jepang Mita­ni,” kata Linda.

Bagi Linda, hasil yang diraih­nya ini merupakan berkah yang sangat luar biasa. Pasalnya, sebelum kejuaraan ini dimulai, tunggal putri Indonesia sama sekali tidak diunggulkan. Akan tetapi, dia mampu mematahkan anggapan remeh tersebut. Linda sekaligus berhasil memecah kebuntuan dalam 14 tahun terakhir di mana tunggal putri Indonesia selalu gagal menembus semifinal.

“Women single Indonesia sendiri memang tidak diung­gul­kan, tetapi jangan pernah mau kalah. Kemampuan semua negara hampir sama, cuma memang butuh keberanian saja,” kata gadis berusia 25 tahun tersebut.

Sebaliknya, Tzu Ying mengaku tidak dapat bermain dengan fokus pada game kedua dan sering melakukan kesalahan sendiri. “Kesalahan-kesalahan itu membuat konsentrasi saya buyar pada game ketiga. Tekanan hari ini besar. Suara dari kursi penonton sangat kencang,” kata Tzu Ying.

Keberhasilan itu menyamai prestasi Susi Susanti di tahun 1995 di Lausanne, Swiss. Waktu itu, dengan pertandingan yang menggunakan sistem klasik (pindah bola) Susi dikalahkan Ye Zhaoying di semifinal. “Percaya tidak percaya ya, sebab tunggal putri tidak ditar­get­kan apapun di sini,” kata Lin­da usai pertandingan.

Selain itu, keberhasilan ter­sebut menjadi ajang pem­buktian bagi Linda jika dia memang berhak mewakili Indonesia sebagai kontestan Kejuaraan Dunia. Sejatinya, menilik peringkat di BWF, bukan Linda dua pemain terbaik tunggal putri. Adalah Adriyanti Firdasari dan Maria Febe Kusumastuti yang lolos. Tapi, dalam perjalanannya PBSI memutuskan untuk mengirimkan Febe dan Linda.

“PBSI sudah memutuskan siapa yang akan dikirim. Dengan hasil ini saya ingin membuktikan kalau saya layak dikirim ke sini karena saya sudah diberi kesempatan untuk tampil di sini,” ucap Linda.

Jika nantinya Linda lolos ke final dan menjadi juara, dia akan menjadi tunggal putri pertama yang menjadi juara setelah tahun 1993. Kala itu, juara juga direbut Susi.
Sementara itu, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan juga memastikan satu tempat di semifinal. Ganda putra terbaik Indonesia itu lolos setelah menang straight game atas Marcus Ellis/Chris Langridge.

Ahsan/Hendra menang dua set langsung atas pasangan asal Inggris itu. Meski mendapat perlawanan lebih alot di set kedua, Ahsan/Hendra akhirnya menang 21-16, 22-20.
Dengan demikian, Ahsan/Hendra menyusul langkah tiga wakil Indonesia lainnya. Sebelumnya, sudah ada Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Linda Wenifanetri, serta Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii yang lolos lebih dulu.

Istora Berisik
Istana Olahraga (Istora) menun­jukkan wajah yang sebenarnya bagi para kontestan Kejuaraan Dunia Bulutangkis. Istora kembali berisik dan membahayakan pemain yang tampil buruk.
Istora tak dipadati penonton di babak pertama hingga ketiga kejuaraan dunia bulutangkis. Tapi, itu saja sudah membuat beberapa pemain terkesan. “Saya tak menyangka Istora sudah riuh dengan penonton meski masih ada di babak ketiga,” kata Lee Yong Dae, pemain bulutangkis Korea Selatan, Kamis (13/8) kemarin.

Situasi berbeda ditunjukkan Istora pada Jumat (14/8). Tribun makin padat diisi penonton, terutama area VIP. Seiring hari makin siang, tepat saat Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir saat menghadapi Ko Sung Hyun/Kim Ha Na, Istora makin berisik.

Istora makin riuh saat Linda tam­pil di laga berikutnya. Istora seakan mau roboh saat Linda bisa menyamakan kedudukan 20-20 dengan Tai Tzu Ying dari Taiwan di gim kedua. Linda akhirnya bisa membalikkan keadaan dan akhirnya menang tiga gim 14-21, 22-20, 21-12.

“Saya berterima kasih kepada su­porter. Meskipun saya sudah tertinggal mereka tetap mendukung sehingga membuat saya tidak sendirian di tengah lapangan,” kata Linda Weni usai pertandingan. (dc-vv-ant)

Close Ads X
Close Ads X