Pengamat: Ical tak Miliki Daya Pesona

IcalJakarta|Jurnal Asia
Partai Golkar mengusung ketua umumnya, Aburizal Bakrie (Ical), sebagai calon presiden (capres) pada 2014. Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti meragukan pencapresan Ical.
Menurut Ray, kekuatan Ical bukan pada pribadinya. Melainkan, lebih kepada kekuatan partai. Persoalannya, ia mengatakan, ketika Golkar terus tumbuh, popularitas Ical tidak kunjung naik. “Ical tidak memiliki daya pesona di pasar pemilih. Kekuatan dia ada pada partai,” kata Ray, Minggu (21/7).
Ray berdasar pada hasil survey yang ada. Ia mengatakan, elektabilitas Ical tak jauh dari posisi lima atau enam. Menurut dia, posisi itu menunjukkan bagaimana mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Kabinet Indonesia Bersatu itu masih kalah populer dibanding nama lainnya yang disebut akan menjadi kandidat capres. Menurut Ray, akan sangat sulit bagi Ical selama setahun ke depan untuk bisa menduduki peringkat satu.
Menurut Ray, Ical berbeda dengan beberapa capres lainnya yang masuk dalam survey. Ia mengatakan, elektabilitas para pesaing Ical justru terbangun karena sisi pribadinya. Ia membandingkan Ical dengan sosok seperti Jokowi, Prabowo Subianto, Megawati Soekarnoputri, atau pun Jusuf Kalla. “Mereka itu karena ketokohannya. Kalau Ical ditopang suara partai,” kata dia.
Ada beberapa alasan, menurut Ray, yang membuat Ical kurang populer di mata masyarakat. Ia menilai, prestasi Ical di dunia politik tidak terlalu dapat dibanggakan. Kemudian, Ical juga terganjal kasus Lapindo. Selain itu, Ray mengatakan,  orang kesulitan memisahkan sosok pengusaha yang melekat dalam diri Ical. “Ketika menjadi calon presiden, orang tidak bisa membedakan dan mengindependakan dia dari kepentingan bisnisnya. Itu cukup membuat dia tidak terlalu familiar,” ujar Ray.
Melihat hal ini, Ray mengatakan, Golkar dan Ical harus bisa mencari ke luar sosok yang bisa mengarahkan suara jika masih bersikukuh mengusung Ical sebagai capres. Karena, ia mengatakan, permasalahan Golkar ada pada individu yang menarik suara.  Ia menyarankan, Ical untuk menggaet tokoh di luar partai, seperti tokoh independen atau tokoh agama. “Sekarang mencari tokoh yang bisa menarik simpati publik,” kata dia.
Belakangan muncul kabar Ical tengah berusaha menggandeng Jokowi. Menurut Ray, sosok Gubernur DKI Jakarta itu memang masih menjadi magnet publik. Ia mengatakan, kabar pendekatan terhadap Jokowi itu memang bisa ikut menaikkan popularitas. Selain persoalan jadi atau tidak jadi, menurut Ray, langkah pendekatan itu sudah cukup penting. “Pamor sudah ikut terseret,” kata dia.
Menurut Ray, sosok pendamping Ical akan penting dalam pemilihan umum 2014 nanti. Karena, ia mengatakan, kekuatan partai belum bisa menjadi jaminan. Di Indonesia, menurut Ray, partai yang meraih suara terbanyak bisa jadi capresnya akan mengalami nasib jeblok. Kondisi itu juga dapat terjadi sebaliknya dengan partai yang meraih suara rendah, tetapi capresnya justru naik daun.
Karena itu, Ray mengatakan, Golkar harus bisa mencari tokoh yang tepat sebagai pendamping Ical. Ia menilai, Golkar tentu akan berhati-hati menghadapi pemilu kali ini. Menurut Ray, Golkar tentu tidak ingin mengajukan calon sembarangan. Mengingat sudah pada tiga pemilu sebelumnya calon dari Golkar mengalami kegagalan. “Golkar tentu tidak mau sembrono mencalonkan orang yang potensi kalahnya besar,” katanya.
sementara itu, Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Idrus Marham, mengatakan, pencalonan Ical sudah menjadi harga mati bagi partainya. Kini, menurut dia, partai tengah fokus dengan tugasnya untuk memenangkan Ical. Untuk mencapai tujuan itu, Idrus mengatakan, salah satunya dengan mengefektifkan roadshow dari daerah ke daerah, desa ke desa. “Kita semakin intensifkan,” kata dia, Minggu (21/7).
Menurut Idrus, hampir setiap pekannya Ical akan melakukan kunjungan ke daerah-daerah. Cara ini diharapkan bisa mengangkat popularitas Ical di mata masyarakat. Langkah ini pun menjadi salah satu pilihan Golkar untuk menjawab kritikan selama ini. Sempat muncul pandangan Golkar harus melakukan evaluasi terkait pencapresan Ical. “Evaluasi ini bukan kepada tokohnya. Akan tetapi, mengenai langkah-langkah politiknya. Sudah bagaimana,” ujarnya.
Meskipun sudah memantapkan diri sebagai capres, Ical hingga saat ini belum memastikan sosok yang akan menjadi cawapres. Idrus mengatakan, partai tengah mengkaji siapa saja tokoh-tokoh yang berpotensi menjadi calon pendamping Ical. Namun saat ini, masih belum ada keputusan pasti. Berdasar pada hasil kajian itu, Idrus mengatakan, Ical bisa mengajukan siapa sosok yang sesuai harapan untuk menjadi calon pendampingnya.
Belakangan muncul kabar Ical tengah mendekati Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau yang akrab dipanggil Jokowi. Idrus tidak menutup kemungkinan Ical menggandeng Jokowi. Menurut dia, dalam politik segala kemungkinan bisa terjadi. “(Dengan Jokowi) hal itu mungkin saja,” kata dia. (Net)

Close Ads X
Close Ads X