Pemasangan APK Caleg Jadi Ajang Bisnis Baru

KAKI____Ambil Becaknya AJAMedan | Jurnal Asia
Maraknya pemasangan alat peraga kampanye atau spanduk calon legilstiaf jelang Pemilihan Legislatif 9 April mendatang, ternyata menjadi ajang bisnis baru bagi sebagian kalangan. Terutama bagi mereka yang lokasi dan tempatnya digunakan untuk pemasangan alat peraga kampanye tersebut. Peluang mendapatkan rezeki musiman ini pun dimanfaatkan sebagian kalangan pengemudi becak bermotor (betor). Bahkan mereka dengan tegas menolak becaknya dipasang tenda caleg kalau tidak ada bayarannya.
“Tidak ada jaminan mereka ingat sama aku, kalau sudah terpilih duduk menjadi anggota dewan. Kalau mau pasang spanduk dibecakku, ya harus bayar. Tidak mau bayar, ya tidak usah pasang,” cetus  Benhard Sihombing Nababan, salah seorang pengemudi betor yang kerap mangkal di Pasar Petisah Jalan Jenderal Gatot Subroto Medan, Selasa (4/2).
Sementara itu, beberapa pengemudi betor lain mengaku mendapatkan sejumlah uang dari pemasangan tenda caleg di betornya. Angkanya pun bervariasi. Sebagian pengmudi betor ada yang mendapatkan Rp30 ribu plus tenda, Rp50 ribu,
Rp75 ribu, dan Rp100 ribu. Bahkan ada yang sistem sewa dengan bayaran Rp50 ribu per bulan, dengan ketentuan tenda rusak segera diganti oleh caleg yang bersangkutan. Masa kontrak berlangsung sampai minggu tenang.
“Tapi ada juga caleg yang pelit, ngasinya cuma Rp20 ribu, tendanya mudah rusak dan murahan. Minta ganti, tapi tidak juga kunjung diganti. Sementara caleg lain, sudah minta pasang dibecakku,” ungkap Sutiono, pengemudi betor warga Pulo Brayan.
Berkaitan dengan ini, caleg DPR RI periode 2014-2019 dari Partai Hanura, Junianto Simanjuntak SSos, mengatakan pembuatan dan pemasangan spanduk dan tenda di becak termasuk pada cost politik. “Pemberian uang kepada abang becak karena becaknya dipasangin spanduk, bukan money politik. Ini sebuah kewajaran dan prikemanusiaan, masak spanduk kita dibawa kesana kemari 24 jam, tidak kita kasih uang minyak, ujarnya.
Sementara itu, salah seorang pemilik warung bakso di Jalan Cemara Medan, Sugimin (59), menyesalkan sikap caleg maupun tim sukses yang asal pasang spanduk, poster-poster dan kalender di warungnya. “Mentang-mentang kenal, ngobrol-ngobrol lalu masangin spanduk ukuran besar diwarungku. Satu dua minggu kubiarkan saja, namun karena tidak juga mau ngasih uang, minggu ketiga spanduk itu ku copot-copot,” ungkapnya.
Begitu juga, spanduk salah seorang caleg DPRD Sumut dari salah satu partai peserta Pemilu di Jalan Medan Area Selatan Medan yang Sempat hilang dari lokasi pemasangan. Berdasarkan keterangan pemuda setempat, caleg yang ada di spanduk tersebut terbilang pelit. “Kami tidak peduli bang, mau spanduknya hancur atau hilang, biarkan saja begitu. Masak mau jadi caleg kok kayu laut,” terang salah seorang pemuda setempat, Indra Wahana. (Sugandhy S)

Close Ads X
Close Ads X