Meraih CPNS

Menjadi Pegawai Negeri Sipil merupakan impian sebagian besar pencari kerja di Tanah Air. Tak heran, ada yang sampai ‘mati-matian’ untuk bisa menggapainya.
Bahkan, setiap formasi penerimaan CPNS, selalu terjadi kegaduhan. Main sikut dan tander uang sampai ratusan juta rupiah sudah lumrah terjadi.
Bahkan sebagian kepala daerah (meski tak mengakui), menjadikan penerimaan CPNS sebagai ajang menarik dana segar dengan janji kelulusan. Bukan cerita baru juga, jika saban tahun ada saja warga tertipu ratusan juta oleh calo yang mengaku mampu mengantar seseorang duduk di instansi pemerintahan.
Bahkan di Medan, kasus penipuan bermodus kelulusan CPNS ini masih bergulir di kepolisian dan pengadilan. Meski begitu, orangtua yang ingin hidup anaknya terjamin tak kapok untuk terus menghalalkan segala cara demi tiga huruf; PNS!
Sejatinya, pilihan berkarir di instansi pemerintahan memang bukan impian buruk.
Berseragam coklat dengan logo Korpri meningkatkan strata sosial seseorang di tengah lingkungannya. Karena saat ini, penghasilan eselon terendah saja sudah mencapai angka Rp3 jutaan.
Bahkan rumor (beredar) di masyarakat, menikah dengan seorang PNS dijamin hidup tak kekurangan meski belum tentu kaya. Karena jika kaya tanpa kerja sampingan, sudah dipastikan aparatur negara tersebut melakukan korupsi.
Namun di sisi lain, masyarakat juga muak dengan tingkah laku PNS. Gaji yang terus naik setiap tahun, namun tak diimbangi dengan prestasi membuat pekerjaan ini menjadi sedikit tercibirkan.
Belum lagi dengan tingkah laku sebagian besar aparatur negara yang justru menjadi ‘pemeras’ bagi rakyatnya sendiri. Contoh paling kecil, bertandang saja ke kantor lurah.
Urus KTP, KK sampai mengambil surat keterangan kematian, wajib bayar. Kalau mau gratis tidak dilarang, namun harus panjang sabar karena dijamin lama. Tak hanya wong cilik, pengusaha kelas kakap saja mengeluhkan kinerja PNS di Negara ini.
Dan hal ini akhirnya mengusik Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi di Jakarta.
Entah sudah sadar atau gerah sendiri melihat tingkah pola PNS (khususnya) di daerah, Kemenpan RB mengambil alih seluruh seleksi penerimaan CPNS. Bahkan ratusan daerah termasuk di Sumatera Utara disemprit untuk tak membuka lowongan CPNS lagi.
Tindakan tegas ini wajar saja. Jumlah PNS sudah terlalu gemuk dan membebani Anggaran Pendapatan Belanja Negara.
Ironisnya pengeluaran besar kas negara ini tak diimbangi dengan semangat kerja. Sudah menjadi pemandangan lumrah, bila saat jam kerja, PNS malah berkeliaran di luar.
Mulai dari kelas rendah main catur di warung kopi sampai nongkrong di kafe. Sedang PNS perempuan juga sering jalan-jalan ke Mall atau mempercantik diri di salon. Duh…
Rasa enak inilah yang dikejar sebagian besar muda-mudi Indonesia. Pemuda kita memang minim jiwa entrepeneur yang bisa membuka lowongan pekerjaan. Sehingga tak heran segala cara dipergunakan untuk meraih impian tersebut.
baringinginting@gmail.com

Close Ads X
Close Ads X