Media Massa Harus Bijak Sikapi Radikal Terorisme

Medan | Jurnal Asia
Kepala Kesbangpol Linmas Sumut, Eddy Sofyan mengatakan, media harus berhati-hati dalam memberikan pemberitaan. Hal ini terkait dengan sindikat teroris yang memiliki kepentingan dengan pemberitaan di media massa.
Dikatakan Eddy, lewat publikasi media teroris berhasil mengitimidasi penduduk sipil dan militer, mempengaruhi kebijakan pemerinah dan penyelenggaraan negara dengan cara meledakkan sasaran asing.
Hal itu dikatakannya dalam acara Media Gathering tentang pencegahan radikalis terorisme melalui media yang dilaksanakan oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumut di Grand Kanaya Hotel Jalan Darussalam Medan, Minggu(29/12).
“Misalnya saja, merampok bank, toko mas, menculik bahkan, tidak segan-segan membunuh aparat keamanan untuk mencapai sasaran dan targetnya,” kata Eddy.
Dijelaskannya lagi, dalam capaian itulah sindikat teroris berharap media massa gencar memberitakan aksi-aksi mereka. “Semakin gencar pemberitaan media, semakin melebar cakupannya, semakin masiv dan menasional bahkan, kalau mungkin menembus media global, mendunia, tentunya semakin positif di mata para teroris,” terang Ketua FKPT Sumut tersebut.
Dikatakan Eddy, 36 mantan teroris akan dilepas pada 2014 mendatang, tetapi belum ada sistem yang mengatur agar para mantan teroris ini bisa diterima di masyarakat, yakni publik belum yakin bahwa mereka sudah bertaubat.
“Maka disini terlihat mereka dianggap sampah karena publik masih percaya mereka tidak melakukan perbuatan yang meresahkan lagi,” ujarnya lagi.
Ditambahkan Eddy, para teroris masih belum mendapatkan tempat di masyarakat. Hal itu, karena pemberitaan-pemberitaan yang selama ini di media massa. “Karena itu, kita harus bijak menyikapinya sebagai jurnalis,” tandasnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh pengurus FKPT Sumut, Sofyan Harahap. Dikatakannya, dalam dunia jurnalisme ada paradigma bad news is good news. Namun, jurnalis selalu menempatkannya secara proporsional dan profesional. Profesionalisme pers tidak bisa dipengaruhi siapapun juga, apalagi oleh sindikat terorisme yang merupakan musuh seluruh elemen masyarakat termasuk pers.
“Memang benar segelintir media terkadang lupa diri, bahkan terkesan melakukan peliputan secara besar-besaran, mungkin mereka melihat dari sisi komersial atau istilahnya framing atau pembingkaian liputan. Tapi, selama tidak melanggar UU Pers dan KEJ, tidak ada yang perlu dipermasalahkan,” ungkap Sofyan. (Dewi)

Close Ads X
Close Ads X