Kado Pahit Hari Ibu

Kegagahan Ratu Atut benar-benar luntur oleh Jumat  Keramat ala Komisi Pemberantasan Korupsi. Wajah Gubernur Banten itu tampak sembab saat digiring memasuki mobil tahanan. Rompi orange bertuliskan ‘Tahanan KPK’ juga menghiasi tubuhnya.
Penahanan Ratu Atut merupakan kado pahit jelang peringatan Hari Ibu yang jatuh pada Minggu, 22 Desember besok. Sebagai gubernur wanita pertama di Indonesia, Atut cukup menoreh prestasi di kancah perpolitikan Tanah Air.
Dia kerap dijadikan simbol perlawanan terhadap rumor jika jabatan politik merupakan tabu bagi kaum perempuan khususnya para ibu. Dua periode memimpin Provinsi Banten membuat gerak-geriknya cukup disegani kawan dan lawan.
Sayangnya, Atut masih manusia yang kerap alpa. Disadari atau tidak, sang Ratu mulai berinisiatif melanggengkan kekuasaannya lewat politik dinasti. Segala lini pemerintahan dan legislatif diisi dengan sanak-saudara.
Teranyar adalah Airin, adik ipar yang menjabat sebagai Walikota Tangerang Selatan. Ibarat perusahaan keluarga, pemerintahan (termasuk pembagian proyek) di Banten pun dijalankan oleh Dinasti Atut. Disaat sebagian besar warga Banten masih mandi di Sungai, kerabat Atut malah sibuk mengoleksi mobil dan rumah mewah.
Ketimpangan ini pun memantik perlawanan. Beberapa kali mahasiswa dan aktivis menggelar unjukrasa terkait korupsi yang dilakukan Atut cs. Diam-diam, KPK juga mencium ketidakberesan di Banten. Bau ini kian tajam dengan tertangkapnya Akil Mochtar.
Eks Ketua Mahkamah Konstitusi diringkus setelah menerima uang suap terkait sengketa Pilkada Banten dari Wawan, adik kandung Atut yang juga suami Walikota Airin. Disusul dengan meninggalnya sang suami Hikmat Tomet  yang sudah lama terserang stroke.
Pamor Atut kian redup. Perlahan namun pasti, KPK mencium keterlibatan Sang Ratu dalam sejumlah korupsi di Banten termasuk pengadaan Alat kesehatan. Wakil Bendahara Umum Partai Golkar ini beberapa kali menjalani pemeriksaan di gedung komisi anti rasuah tersebut.
Sampai akhirnya, ‘kesaktian’ Atut dipreteli dengan Jumat Keramat ala KPK. Setelah enam jam diperiksa, Atut dimasukan ke mobil tahanan dan diboyong ke rutan Pondok Bambu. Perempuan gagah itu benar-benar menjadi pesakitan.
Tak lagi ada ajudan yang biasa mengawalnya. Tak sepatah katapun terucap dari bibir Atut saat dicecar puluhan wartawan yang sudah menunggu sejak pagi. Bahkan dia nyaris terjatuh saat digiring menuruni tangga KPK  menuju mobil tahanan yang sudah stand by.
Kini Atut hanya bisa berharap, hukum bisa ditegakkan seadil-adilnya sesuai perbuatannya. Ruang kerjanya pun berpindah ke ruang sel Pondok Bambu. Perjalanan hari-harinya pun dipastikan hanya dari penjara dan gedung KPK.
Terlepas itu semua, penahanan Atut jelas merupakan kado pahit bagi kaum ibu yang di Indonesia diperingati setiap tanggal 22 Desember. Disaat kaum perempuan berjuang soal penyetaraan gender di pemerintahan dan legislatif, justru menjadi lokomotif perbuatan korupsi.
Mulai dari Angelina Sondakh, Miranda Gultom, Mindo Rosalina, Neneng (istri Nazaruddin),    Athiyyah Laila (istri Anas Urbaningrum) dan terbaru Ratu Atut Chosiyah yang diharapkan membawa perubahan bagi perempuan, justru menjadi pemakan uang rakyat. Sungguh sebuah ironi. Selamat Hari Ibu, semoga menjadi ibu-ibu yang membawa pencerahan bagi generasi penerus. baringinginting@gmail.com

Close Ads X
Close Ads X