Kaca Mata : Lobi Erupsi Sinabung

Tak terasa, sudah tiga hari (dua malam) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Sumatera Utara. Dan bila tak ada halangan, pagi hari  ini, RI 1 ini akan terbang kembali ke Jakarta via Bandara Polonia dengan pesawat kepresidenan.Meski belum tentu membawa perubahan, kehadiran SBY ini cukup menyejukkan hati rakyat-terkhusus warga Karo yang sudah berbulan-bulan menjadi pengungsi. Beda dengan kejadian bencana banjir bandang di Menado.
Bukan membandingkan, yang terbang ke sana hanya Wakil presiden Boediono. Itu pun hanya tiga jam. Sedang yang datang ke Sumut langsung SBY dan tiga hari lamanya. Sejumlah  menteri dan pejabat tinggi sampai Panglima TNI juga ikut dalam rombongan Presiden.
Bukan itu saja, SBY dan jajarannya sudah ‘rela’ menginap ramai-ramai di tenda milik Badan Penanggulangan Bencana Nasional yang jauh dari kesan mewah. Selain bersih, tak ada kesan fasilitas kepresidenan sebagaimana berada di Istana Negara.
Ini membuktikan jika provinsi kita memiliki magnet tersendiri bagi petinggi di Pulau Jawa. Sumut mendapat prioritas untuk dikunjungi. Hal yang pantas untuk disyukuri dan diperjuangkan untuk lebih baik lagi.
Sejak dulu, nama Sumut memang cukup harum. Banyak putra-putri asal daerah ini mampu menoreh prestasi di pusat pemerintahan dan politik di Jawa. Bahkan konon, banyak keputusan-keputusan penting di negara diambil secara berkonsultasi dengan orang Sumatera yang biasanya berada di belakang layar.
Meski belum ada pembenaran, tapi cukup kuat untuk memercayainya. Menyimak dari hal itu dan besarnya rombongan SBY yang datang dengan agenda melihat pengungsi erupsi Sinabung, hal ini bisa menjadi modal kuat untuk lebih semangat membangun Sumut.Pejabat di Provinsi dan Kepala daerah di 33 Kabupaten/kota sudah seharusnya bersinergi dan menguatkan koneksi dengan pengambil keputusan di Jakarta. Tentu lewat lobi maupun pendekatan emosional.
Ini penting agar modal dan bantuan bisa mengalir lancar ke Sumut. Terlebih bagi korban pengungsi Sinabung. Perhitungan awal, diperlukan dana sebesar Rp1 triliun lebih untuk merecovery masyarakat Karo yang terkena bencana tersebut.
Belum lagi dampak ekonomi akibat tak beraktivitasnya ribuan warga akibat ladangnya rusak tertimpa debu vulkanik dan awan panas. Ribuan hektar lahan rusak dan butuh waktu lama untuk memerbaikinya. Jika tak ada bantuan Pusat, dipastikan Pemerintah kabupaten Karo maupun Pemprov Sumut takkan mampu untuk menanggulanginya sendiri. Tentu untuk mengatasinya diperlukan lobi tingkat tinggi termasuk menaikkan status erupsi Gunung Sinabung menjadi bencana Nasional.
Dan kesempatan itu kini ada di depan mata. Gubernur Sumut termasuk Bupati Karo harus aktif untuk membujuk SBY untuk komit membantu penderitaan korban erupsi. Memang sejatinya, tanpa diminta sudah tugas pemerintah Pusat membantu daerah yang kesulitan dalam menangani bencana.
Namun birokrasi yang berbelit kerap membuat kebijakan terasa lambat diambil. Sementara kebutuhan pengungsi terutama perempuan dan anak-anak tidak dapat ditahan. Sehingga mau tak mau, diperlukan pendekatan terhadappejabat-pejabat tinggi yang merupakan Putra Sumut. Karena lobi politik diyakini tidak haram selama untuk memenuhi kepentingan  dan kebutuhan hidup rakyat.
baringinginting@gmail.com

Close Ads X
Close Ads X