Erupsi Sinabung Semakin Berbahaya

Medan | Jurnal Asia
Rektor Institut Teknologi Medan (ITM) Prof Ilmi Abdullah MSc meminta Pemprovsu lebih pro aktif mengatasi bencana Gunung Sinabung di Karo yang berulang kali terjadi erupsi. Saat ini jumlah pengungsi terus meningkat.

“Untuk itu ITM peduli dan meminta perhatian Pemprovsu untuk lebih tanggap dalam mengatasi masalah bencana meletusnya gunung di Sumut,” kata Prof Ilmi menyikapi erupsi Gunung Sinabung yang semakin berbahaya akhir-akhir ini di kampus ITM, akhir pekan kemarin .
Ilmi mengatakan, Pemprovsu dinilai kurang tanggap dalam melakukan kajian program mitigasi bencana. Sumut tak butuh pencitraan tapi bagaimana menggali potensi sumber daya alam dan energi yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk kemajuan pembangunan daerah.
Karena itu, mahasiswa ITM hendaknya bisa menjadi wahana dalam pengembangan mitigasi di Sumut dengan melahirkan ide dan gagasan khususnya penanggulangan bencana dengan melakukan seminar terkait kajian program mitigasi bencana.
Senada diungkapkan pakar geologi ITM Ir Lisnawati MT. Menurutnya di Sumatera Utara ada dua sumber gempa yang sangat berpotensi yakni jalur sepanjang pantai barat dan sumber jalur darat yakni dari letusan gunung berapi bukit barisan.
Lisnawati yang juga Sekretaris Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumut ini mengungkapkan bahwa kawasan Tapanuli Utara merupakan daerah yang sangat berpontesial terjadi gempa karena daerah itu masuk dalam jalur utama gempa.
Taput merupakan bagian dari kawasan pantai barat Sumut yang merupakan jalur utama gempa di sepanjang Pulau Sumatera. Gempa yang terjadi di Taput tersebut disebabkan adanya lempeng eurasia yang bertubrukan dengan Samudera Hindia sehingga menimbulkan getaran di kawasan pantai barat Sumut.  “Jadi jika terjadi tubrukan dua lempeng tersebut daerah jalur utama gempa seperti Tapsel, Madina dan Taput akan dihantam terlebih dahulu,” ujarnya.
Ditempat terpisah, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendrasto, menyebutkan, Sinabung masih dalam potensi bahaya, antara lain kemungkinan masih terjadi erupsi.
Erupsi yang mengeluarkan material berupa abu, pasir sampai lapili (2 – 6 cm) yang ancamannya dapat mencapai radius lima kilometer. Selain itu, adanya kecenderungan gerakan lateral di kawah utara Gunung Sinabung ke arah tenggara yang berpotensi menimbulkan letusan yang disertai longsoran dinding kawah Gunung Sinabung ke arah tenggara.
Dampak bencana berupa awan panas guguran dapat mencapai jarak lima kilometer. Potensi terjadinya lahar masih tinggi karena timbunan abu/material erupsi dan curah hujan tinggi. Ia menegaskan, erupsi efusif yang terjadi 16 Desember lalu membentuk kubah lava dan 22 Desember lalu dari Pos Gunung Sinabung terlihat sinar api di kawah utara Gunung Sinabung.
Guguran longsoran material dari dinding kawah Gunung Sinabung ke arah tenggara mulai sering terjadi, sebagai akibat desakan material yang keluar di kawah utara. Gempa guguran juga mulai intensif terekam dan itu membuat Gunung Sinabung masih tetap AWAS (Level IV). (Swisma)

Close Ads X
Close Ads X