APBPSU Pamerkan 70 Batu Cincin Unggulan dari Seluruh Indonesia


Medan | Jurnal Asia
Tiga hari lagi, Asosiasi Pencinta Batu Permata Sumatera Utara (APBPSU) akan memamerkan 70 jenis batu cincin andalan dari penjuru Indonesia, bertempat di lantai III, Grand Palladium Plaza, Jl Kapten Maulana Lubis, Medan. Acara ini akan berlangsung selama 4 ha­ri, mulai 22 hingga 25 Januari men­da­tang.

Ketua Umum APBPSU, Marojahan Ba­tu­bara SE dalam konferensi pers Ming­gu (18/1) mengatakan, selain me­ma­merkan dan mensosialisasikan pasar batu cincin terpadu, APBPSU juga akan menggelar kompetisi (perlombaan) batu dalam rangka piala Walikota Medan.

Melalui pameran ini, APBPSU berharap bisa mengangkat derajat pengrajin dan komunitas batu cincin di Sumut, khususnya Kota Medan. Tak hanya itu, perkumpulan yang dibentuk 12 Januari 2014 ini juga menargetkan, melalui ajang ini bisa menjadikan Medan sebagai ikon batu cincin nasional.“Peserta pameran berasal dari seluruh Indonesia,” ujarnya.

Dikatakannya, saat ini masing-masing daerah sudah mengklaim memiliki batu dengan kualitas terbaik, diantaranya bio solar dari Aceh, batu bacang (Ma­lu­ku Utara), kalimaya opal (Banten), pan­ca warna (Garut) dan teratai serta chal­cedony dari Sumut.“Nanti masyarakat akan melihat lang­sung keunggulan masing-masing batu ini. Masing-masing daerah memili ciri khas tersendiri,” kata pria yang akrab disa­pa Ojak ini.

Disebutkannya, target Medan sebagai ikon batu cincin nasional tersebut, de­ngan dukungan pihak Palladium Plaza yang menjadikan lantai dua sebagai pa­sar batu cincin terpadu. Dengan hal ini, lanjutnya, menjadi motivasi bagi para peng­rajin batu cincin. “Saya yakin, Medan akan menjadi pusat pasar batu terbesar kedua di Indo­nesia setelah Rawabening Pasar Jatinegara, Jakarta,” ucapnya.

Marojahan mengatakan, batu cincin memiliki empat unsur utama atas nilainya. Itu bisa dilihat dari warna batu, pancaran batu, keutuhan batu dan tingkat kesulitan mendapatkan batu.
“Inilah yang menjadi nilai bagi sebuah batu. Perhatikan unsur keempatnya saat memilih batu,” ucapnya.

Sekretaris APBPSU Helmi Syahrial, menambahkan, kompetisi ini akan dibuka dan sekaligus memperebutkan Piala Wali Kota Medan, T Dzulmi Eldin. Dia memastikan, penilaian akan adil karena dipimpin juri berpengalaman nasional.

Rencananya, usai kompetisi ini, APBP Su­mut melakukan komunikasi dengan ko­­munitas batu di seluruh daerah untuk me­langsungkan pameran berskala inter­nasional. Hal ini menurutnya perlu dilakukan karena di Taiwan, batu berwarna biru sudah terlanjur diperkenalkan sebagai giok biru.

“Batu kita ini sangat diminati inter­na­sional. Jangan sampai mereka (inter­na­sional) tahunya itu batu dari Taiwan,” tegasnya. Helmi menjelaskan, saat ini peserta kompetisi terdaftar 800 peserta. Para peserta di antaranya berasal dari Aceh, Jakarta, Palembang, Sumatera Barat dan Garut. Untuk Aceh sendiri, akan ada 60 jenis batu yang akan dipamerkan.

“Kami cukup serius menjadikan Sumut sebagai ikon batu nasional. Rencana itu akan dimulai dengan membentuk tiga laboratorium batu. Labarotorium ini untuk mendeteksi unsur batu, agar tidak ada lagi pecinta batu yang tertipu. Setelah menjalani uji laboratorium, batu itu akan diberi sertifikat. Kita harapkan tidak ada lagi penipuan,” tandasnya.

Bendahara APBPSU Hadi Suwandi menambahkan, kualitas batu cincin di Sumut tidak kalah dengan lainnya. Hal tersebut didapat di kawasan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Madina yang mendominasi.

“Di Langkat itu ada di Sungai Pantai Ko­dok dan Pantai Putri Sawit Seberang. Di sana banyak terdapat batu teratai dan chalsedony, dengan aneka warna. Kebanyakan warna kuning, putih dan orange. Sedangkan di Madina, itu didapat sepanjang sungai perbatasan dengan Sumbar,” pungkasnya. (ial)

Close Ads X
Close Ads X