Wabah Baru Bubonic Resahkan China, Warga Mongolia Dilarang Berburu dan Makan Hewan Marmot

Ilustrasi bakteri bubonic.Getty Images

 

Mongolia | Jurnal Asia
Pihak berwenang China di dekat perbatasan Mongolia terus meningkatkan kesiagaan setelah seorang peternak di wilayah itu positif mengidap wabah bubonic plague (pes).

Sejumlah laporan mengatakan seorang pasien wabah pes di kota Bayannur sedang dikarantina dan dalam kondisi stabil. Pasien itu bekerja sebagai gembala.

Sejauh ini pemerintah setempat sudah mengeluarkan peringatan level tiga.

Wabah pes yang disebabkan oleh infeksi bakteri dapat mematikan, namun bisa diobati dengan antibiotik yang tersedia secara umum.

Melansir BBC, Selasa (7/7/2020), kasus baru penyakit ini pertama kali dilaporkan pada Sabtu lalu di sebuah rumah sakit di wilayah Banner Tengah Urad, yaitu di kota Bayannur.

Baca Juga : Kementan Pastikan Tak Impor Babi dari China

Si pasien dicurigai terinfeksi bakteri tersebut, namun belum jelas bagaimana atau mengapa pasien kemungkinan terinfeksi.

Peringatan level tiga ditetapkan di wilayah itu, yang berarti masyarakat dilarang berburu dan memakan hewan yang dapat membawa bakteri pes.

Masyarakat juga diminta melapor kepada otoritas terkait jika ada kasus yang dicurigai terpapar pes.

Kasus-kasus wabah pes atau bubonic juga dikenal dengan istilah Maut Hitam (The Black Death) dan telah dilaporkan secara berkala di seluruh dunia.

Negara Madagaskar di Afrika menghadapi lebih dari 300 kasus selama wabah pada 2017.

Pada Mei tahun lalu, dua orang di Mongolia, China meninggal karena terpapar pes, setelah mengonsumsi daging mentah hewan marmot atau sejenis tikus.

Wabah ini muncul ketika China masih belum selesai menghadapi ancaman pandemi virus corona (Covid-19).

Seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, di Ulaanbaatar, ibu kota Mongolia, mengatakan kepada BBC bahwa daging dan ginjal marmot mentah dianggap sebagai obat tradisional untuk menunjang kesehatan.

Hewan pengerat dikenal sebagai pembawa wabah bakteri, dan umumnya dikaitkan dengan kasus wabah di Mongolia. Itulah sebabnya, berburu marmot merupakan tindakan ilegal.

Wabah pes ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening. Kemungkinan sulit untuk mengidentifikasi gejala di tahap awal, yang biasanya berkembang setelah tiga hingga tujuh hari, mirip dengan flu.

Namun demikian, wabah pes kemungkinan tidak akan menyebabkan epidemi, kata ahli.

“Tidak seperti di abad ke-14, kami sekarang memiliki pemahaman tentang cara penularan penyakit ini,” kata Dr Shanti Kappagoda, dokter penyakit menular di Stanford Health Care, kepada situs berita Heathline.

“Kami tahu cara mencegahnya. Kami juga bisa merawat pasien yang terinfeksi dengan antibiotik yang efektif.”

Maut Hitam alias Black Death atau istilah lain pes menyebabkan sekitar 50 juta orang meninggal di seluruh Afrika, Asia dan Eropa pada abad ke-14.

Wabah terakhir yang menakutkan terjadi di London pada 1665, yang menewaskan sekitar seperlima penduduk kota itu.

Pada abad ke-19 terjadi wabah pes di China dan India, yang menewaskan lebih dari 12 juta jiwa.(nty)

 

 

Close Ads X
Close Ads X