Penyadapan AS 21 Negara Desak Resolusi PBB

Washington | Jurnal Asia
Dua puluh satu negara, termasuk Jerman dan Brasil, serta teman dekat AS seperti Perancis dan Meksiko, bersatu mendesak diterbitkannya resolusi PBB yang mengecam kegiatan pengintaian elektronik oleh Amerika Serikat.

Berita itu dilaporkan oleh majalah Foreign Policy, yang berhasil memperoleh salinan teks draf resolusi yang bakal dibawa ke PBB, tulis media Rusia RT Online, Minggu (27/10).

Resolusi itu semula diusulkan pada awal pekan lalu oleh Jerman dan Brasil, yang para pemimpin negaranya mengecam cara-cara Badan Keamanan Nasional (NSA) AS melakukan kegiatan mata-mata.

Masalah penyadapan AS ini makin membubung setelah koran Inggris The Guardian menerbitkan memo internal NSA yang dibocorkan Edward Snowden pada Jumat pekan lalu. Memo NSA menyebut 35 kepala negara teleponnya disadap oleh para pejabat intelijen AS. Salah satunya adalah Kanselir Jerman Angela Merkel. Gedung Putih tak kuasa membatah telfon Merkel disadap NSA di masa lalu, meskipun bilang tak lagi menguping pembicaraan pribadi Merkel belakangan ini.

Negara-negara lain yang terlibat dalam pembahasan rencana pengajuan resolusi ke PBB adalah Afrika Selatan, Argentina, Austria, Bolivia, Kuba, Ekuador, Guyana, Hongaria, India, Indonesia, Liechtenstein, Norwegia, Paraguay, Swedia, Swiss, Uruguay dan Venezuela.

Meskipun dokumen ini tidak menyebut AS sebagai bos mata-mata elektronik dunia, namun teks dalam draf resolusi jelas menjadi respons langsung terhadap tuduhan praktik mata-mata NSA.

Resolusi ini, yang akan dipresentasikan di depan komisi hak-hak asasi manusia Majelis Umum PBB pada akhir tahun ini, yang membuat aktivitas NSA ini menjadi masalah hak-hak dasar yang bertentangan dengan praktik politik internasional. Komisioner Tinggi Hak-hak Asasi PBB dipandang perlu melaporkannya kepada masyarakat internasional.

Tuduhan terakhir aksi mata-mata itu dilontarkan setelah NSA juga diketahui menyadao 60 juta pembicaraan telepon di Spanyol. Media Spanyol menyebutkan, tuduhan terhadap AS ini berasal dari dokumen yang dipasok Edward Snowden, bekas analis CIA dan NSA yang kini kabur ke Rusia.

Menurut dokumen ini, NSA menggaruk nomor-nomor dan lokasi penelepon serta penerima, tapi bukan isi pembicaraannya. Pengungkapan kinerja tidak etis NSA ini akan menjadi bahan persiapan delegasi Parlemen Eropa yang mau berkunjung ke Washington. Komisi Kebebasan Sipil Parlemen Eropa akan berbicara dengan para angoota Kongres membahas soal pembajakan informasi ini.

Sementara itu kantor berita Jepang Kyodo mengatakan, NSA pernah meminta pemerintah Jepang pada tahun 2011 untuk membantu memantau muatan data pribadi dalam kabel serat-optik yang melintasi Jepang menuju kawasan Asia-Pasifik. Maksud AS memerintahkan Jepang itu adalah untuk memata-matai Tiongkok, namun Jepang menolak dengan alasan mereka memiliki keterbatasan hukum dan orang.

Gedung Putih sejauh ini diam seribu bahasa tak mau berkomentar soal klaim Spanyol pada Senin ini mengenai kegiatan mata-mata NSA, seperti yang ditulis koran El Pais dan El Mudo. Dua koran ini menulis bahwa NSA melacak jutaan percakapan telepon, teks dan e-mail warga Spanyol antara 10 Desember 2012 dan 8 Januari tahun ini.

Kementerian Luar Negeri Spanyol sudah melayangkan pemanggilan Duta Besar AS untuk Spanyol pada Senin (28/10), untuk membahas tuduhan tentang spionase terhadap warga negara Spanyol dan para plotikus. Pola ini juga diterapkan NSA untuk menyadap telefon genggam milik Angela Merkel jauh sebelum dia menjabat Kanselir Jerman. Jerman mengecam aksi NSA ini sebagai perbuatan yang tidak bisa diterima dan melanggar hukum.

Dokumen yang bocor dari Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) juga menyebutkan, negara itu bahkan telah menyadap 125 miliar panggilan telepon dan SMS pada Januari 2013. Sebagian besar penyadapan itu berada di Timur Tengah. Saudi Arabia dan Irak masing-masing mendapat insiden perekaman sebanyak 7,8 miliar. Sementara Mesir dan Yordania masing-masing sebanyak 1,8 miliar dan 1,6 miliar.

Dalam dokumen yang dicatat perpustakaan digital Crytome, ada lebih dari 1,7 miliar insiden penyadapan di Iran. Dalam laporan Al-Arabiya, Senin (28/10), berita tentang kegiatan mata-mata NSA menimbulkan kemarahan dari negara barat. Bahkan, warga AS juga marah dengan kegiatan pemerintahannya. Pekan lalu, Jerman memanggil duta besar AS di Berlin terkait dengan dugaan AS memata-matai jalur panggilan kanselir Angela Merkel. (Net)

Close Ads X
Close Ads X