Bom Maraton Boston – Tsarnaev Tak Mengaku Salah

Boston | Jurnal Asia

KAKI___Dzhokhar_TsarnaevTerdakwa pembom Maraton Boston, Dzhokar Tsarnaev, hadir dalam persidangan pertama di pengadilan Boston, Rabu (10/7) waktu setempat. Ia dihadapkan dengan para korban serangan bom 15 April itu.
Di depan para juri, korban, dan hakim, Dzhokar menyatakan dirinya tidak bersalah atas pengeboman di kota Boston yang menewaskan tiga orang serta melukai puluhan orang.
Dzhokar dibawa ke pengadilan Boston, Rabu sore dengan menggunakan sebuah van dan langsung dikerbuti oleh para pendukungnya saat tiba di gedung pengadilan. Para pendukung bomber imut itu membawa tulisan “Keadilan untuk Dzhokhar” dan “Kembalikan kebebasannya,” serta menyemangatinya saat van yang diiringi sebuah mobil Humvee yang disesaki para sipir itu melintas.
Selama persidangan, Dzhokhar mendengar 30 dakwaan, termasuk dakwaan membunuh tiga orang dalam serangan bom kembar di garis finish Maraton. Seorang bocah berusia 8 tahun tewas. Dzhokar dapat diancam hukuman mati.
Di depan majelis hakim, remaja berumur 19 tahun mengaku tidak bersalah atas segala tuduhan. Dilansir AFP, Kamis (11/7), saat masuk ke ruang sidang di Boston, tangan Tsarnaev terus diborgol. Ia terlihat memakai baju khusus tahanan berwarna oranye.
Ruang sidang sendiri dipenuhi oleh korban dan keluarganya yang terlihat begitu emosional. Di antaranya bahkan masih ada yang terlihat mengenakan tongkat untuk berjalan. “Tidak bersalah,” kata Tsarnaev berulang kali.
Para jaksa federal mengosongkan ruangan persidangan yang diperuntukkan bagi para korban serangan. Serangan bom itu membuat 260 orang terluka, banyak di antara mereka kini pincang. “Sulit untuk menerima apa yang terjadi dengan anak-anak saya,” ujar Liz Norden, yang dua putranya masing-masing kehilangan satu kaki, seperti dituturkan kepada ABC News. “Saya marah. Saya ingin hadir di sidang ini,” ucapnya dengan geram.
Dzhokhar juga dituduh membunuh seorang polisi di kampus Massachusetts Institute of Technoly saat dirinya dan abangnya Tamerlan lari dikejar polisi beberapa hari setelah pengeboman. Tamerlan terbunuh dalam baku tembak dengan polisi di Watertown, pinggiran Boston, sementara Dzhokhar terluka ringan dan ditangkap pada 19 April.
Penegak hukum Rusia selama ini cukup kooperatif dengan para penegak hukum AS dalam investigasi terhadap dua orang yang berasal Chechnya, wilayah Kaukasus yang kerap bergejolak di Rusia Selatan, itu.
Pada tahun 2011 Rusia meminta FBI untuk mewawancarai Tamerlan karena dikhawatirkan dengan minatnya terhadap “Islam radikal.” Namun, sebuah pernyataan FBI bilang bahwa “tidak ditemukan aktivitas terorisme, baik di dalam maupun di luar negeri,” usai mewawancarai Tamerlan dan para anggota keluarganya ketika itu. (Net)

Close Ads X
Close Ads X