UISU Al Munawarah Peringati Isra’ Mi’raj

kaki--REKTOR UISU 02Medan | Jurnal Asia

Rektor Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Prof Ir H Zulkarnain Lubis MS, PhD mengharapkan, peringatan Israk Mikraj bukan hanya sekadar seremonial, tapi harus berdampak dalam kehidupan sehari-hari. Karena, sekarang ini banyak orang yang hafal ayat-ayat Alquran, berbicara sangat islami, tapi bertindak jauh dari ajaran Islam.

“Ini karena Islam tidak di hati, hanya dijadikan sekadar kulit, bukan isi. Saya kepingin, melalui momentum peringatan Israk Mikraj seperti ini, Islam benar-benar mengisi relung hati kita yang tergambar dalam kehidupan sehari-hari. Bukan sekadar hablum minallah (hubungan dengan Allah) tapi juga hablum minannas (hubungan dengan sesama manusia),” kata rektor pada peringatan Israk Mikraj sekaligus penyambutan bulan suci Ramadhan di Masjid Al-Munawwarah Kampus UISU, Jalan SM Raja Medan, Jumat (5/7).

Zulkarnain berharap, umat Islam seperti rumah makan. Orang tak tahu isi di dapur rumah makan itu dan tidak tertarik dengan enak tidak enaknya masakan di dapur. Orang hanya melihat dari etalase.

“Yang sering terjadi, tambah alumni IPB Bogor ini, agama hanya dijadikan alat politik, alat ekonomi, alat kepentingan untuk mempertahankan diri. Tapi begitu kasus korupsinya diungkap dan akan ditangkap aparat hukum, langsung umrah dan membangun masjid. Ini artinya agama hanya dijadikan sekadar tameng.

Terkait dengan penyambutan bulan Ramadhan 1434 H ini, menurut peraih doktor ekonomi dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) ini, puasa mengandung dua makna. Selain kepatuahan individu kepada Allah, juga untuk kesalehan sosial.
Sedangkan Ustadz Dr Sofyan dalam ceramahnya mengatakan Israk Mikraj mengandung tiga makna.

Pertama, masjid sebagai simbol kebangkitan Islam yang digambarkan dari perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqasha.

Kedua, Nabi Muhammad mengendarai buraq (kilat) menggambarkan singkatnya hidup, sehingga harus diisi dengan hal-hal yang positif.

Ketiga, peristiwa Israk Mikraj menggabungkan dunia dan akhirat, karena ketika Rasulullah sampai di Sidratul Munthaha, Rasulullah langsung bertemu dengan Allah.

“Ini menggambarkan adanya kehidupan dunia dan akhirat. Dalam hidup ini juga kita tidak boleh membeda-bedakan dunia dan akhirat.

Semunya urusan dunia untuk akhirat,” kata dosen IAIN Sumut ini.

Hadir dalam acara itu, Ketua Umum Yayasan UISU Ir H Helmi Nasution MHum, Sekretaris Yayasan UISU Drs Arfis Amiruddin MSi, Pembantu Rektor (PR) I Dr Srie Faizah Lisnasari MSi, PR II Hj Habsyah Lubis SH, MH, para dekan, pembantu dekan, dosen, kepala biro, staf dan pegawai di lingkungan UISU. Sedangkan penceramah tampil Dr Sofjan LC MA. (Swisma)

Close Ads X
Close Ads X