Rektor USU Ketua Forum Rektor Indonesia 2015

Medan | Jurnal Asia
Rektor USU, Prof Dr dr Syahril Pasaribu DTM & H. MSc (CTM) SPa didaulat menjadi Ketua FRI periode 2015 menggantikan Ketua FRI 2014 Prof. Dr. Ravik Karsidi MS. Sebagai Ketua FRI tahun 2015, Syahril menyatakan telah menyiapkan empat program kerja yang berkaitan dengan fokus kemaritiman kabinet baru Presiden Joko Widodo.

Hal tersebut disampaikannya usai penutupan Konvensi Kampus XI dan Temu Ramah Tahunan XVI Forum Rektor Indonesia (FRI) 2015 di Universitas Sumatera Utara (USU) Jalan dr. Man­syur Medan. Empat program kerja tersebut, lanjut Syahril, sebagai rancangan terdekat yang akan dilaksanakan FRI selama setahun.

“Selama setahun, dalam waktu dekat, kita akan melaksanakan empat program kerja, yakni pertama, mendorong perguruan tinggi (PT) untuk dapat melakukan kajian akademik, riset serta penanggulangan pengembangan tentang kema­ritiman antara PT dengan kementerian korodinator kemaritiman,” sebutnya, Selasa (27/1).

Kedua, lanjutnya, FRI akan menggagas pen­dirian kajian kemaritiman di perguruan tinggi di indonesia antaralain melalui indian polician akademic forum yang akan berlangsung nanti di Bengkulu.

“FRI juga bertujuan untuk membuat pro­gram ber­prioritas pada keselamatan keamanan maritim serta perdagangan dan investasi manajemen perikanan, penanggulangan bencana, kerja sama akademik dan ristek dan bidang maritim,” katanya.

Ketiga, meningkatkan kerjasama antara Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dengan pemerintah, Ristek Dikti dan FRI. “Dalam hal ini, kita membentuk dan akan melaksanakan ke­lom­pok kerja nasional implementasi ker­jasama antara pemerintah, akademisi dan pengusaha industri.

Berikutnya, kita mendorong PT melaksa­n­a­kan ma­gang kerja di perusahaan yang ada lalu melakukan penelitian yang dibutuhkan dunia industri. Sebab, itu juga menjadi salah satu hambatan selama ini mengingat banyak hasil penelitian hanya masuk dalam laci.

Apalagi, sebutnya, terkait Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, perlu adanya pe­ne­litian untuk industri hilir. “Perlu adanya penelitian untuk industri hilir mengingat selama ini hanya industri hulu saja. Con­tohnya, minyak mentah dikirim keluar tapi setelah jadi kita beli lagi harganya lebih mahal. Coba kalau misalnya minyak mentah kita olah menjadi barang jadi, itu akan menambah income kita, begitu gambarannya,” ungkapnya.
(swisma)

Close Ads X
Close Ads X