Suku Bunga Bank Bakal Naik

Bandung | Jurnal Asia

Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) memperkirakan suku bunga kredit perbankan mengalami kenaikan sekitar 0,25%-0,50 hingga akhir 2013 sebagai respons atas kenaikan inflasi.
“Bunga kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) akan naik duluan,” kata Ketua Perbanas Sigit Pramono dalam diskusi e-commerce sebagai solusi pembayaran perbankan di Bandung, Sabtu (6/7).
Ia menyebutkan suku bunga kredit perbankan untuk sektor usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM) kemungkinan tidak naik karena saat ini sudah tinggi, yaitu mencapai di atas 10%.

Menurutnya, berbagai kondisi global dan dalam negeri menyebabkan adanya tekanan terhadap perekonomian domestik. Kenaikan harga minyak mendorong pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sehingga menyebabkan peningkatan inflasi. Sementara pelemahan ekonomi global menyebabkan melemahnya ekspor Indonesia.

Dia menjelaskan merespons kondisi tersebut Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2013 menjadi hanya 5,8%-6,2%. BI juga menaikkan suku bunga acuan atau BI rate dari sebelumnya 5,75% menjadi 6%. “Inflasi selama 2013 diperkirakan juga naik mencapai 7,2%”.

Mengenai dampaknya kepada perbankan, Sigit mengatakan bahwa bank-bank pasti akan merevisi rencana bisnis bank (RBB) tahun 2013, termasuk suku bunga dan laba bank.
Namun, dampaknya tidak akan terlalu besar, kemungkinan meleset dari target hanya lima persen saja,” katanya lagi.
Sementara itu mengenai nilai tukar rupiah yang melemah, dia mengimbau BI tidak perlu panik ketika nilai tukar rupiah mendekati Rp10.000 per dolar AS.
“Hapus kepanikan terkait dengan batas psikologis itu, kepanikan menimbulkan biaya yang sangat mahal”.

Ia menyebutkan tersedotnya cadangan devisa sebesar US$7 miliar dari semula US$105 miliar menjadi US$98 miliar merupakan biaya mahal untuk menahan rupiah tetap di bawah Rp10.000 per dolar AS.
Bank Indonesia Revisi Pertumbuhan

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengatakan Bank Indonesia kembali merevisi turun pertumbuhan ekonomi dalam negeri menjadi 5,8% sampai 6,2% di tahun ini, lebih rendah dari target pemerintah sebesar 6,3%.
Kata dia, perlambatan investasi menjadi salah satu faktor utama perlambatan ekonomi di tahun ini. “[pertumbuhan investasi] 2012 itu adalah 9,8% year-on-year, di tahun ini kami perkirakan [pertumbuhan investasi] sebesar 6,3%-6,7% sehingga kisaran pertumbuhan ekonomi [2013] itu 5,8%-6,2%,” ujarnya Jumat malam.

Seperti diketahui, investasi menjadi kontributor kedua terbesar yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, perlambatan di investasi akan berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi.
Sebelumnya pada April lalu, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dalam negeri sebesar 6,2%-6,6% di 2013.
Selain itu, Bank Indonesia juga memperkirakan laju inflasi tahun ini berkisar 7,2% sampai 7,8%. Namun, Gubernur BI mengungkapkan bahwa laju inflasi cukup berisiko besar mengarah ke 7,8%.

“Kami melihat inflasi akan di kisaran 7,8% sampai 7,2%. Jadi kami sampaikan seperti ini [penyebutan dimulai dari 7,8%] rentangnya itu karena kita khawatir dengan risiko 7,8%,” ujarnya.

Oleh karena itu, dia menyarankan agar pemerintah pusat mampu berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait dengan ketersediaan pangan dan mengendelaikan kenaikan di sektor transportasi untuk memenuhi target APBN-P 2013 yang sebesar 7,2%. (int)

Close Ads X
Close Ads X