Rosita, Pengusaha Keripik Singkong Terbentur Modal

PEKERJA mengerjakan proses pembuatan keripik singkong di rumah industri keripik singkong, Desa Tuntungan, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (3/5) lalu. Sebagian pengusaha keripik singkong kesulitan mengembangkan usahanya kerena keterbatasan modal.
PEKERJA
mengerjakan
proses pembuatan
keripik singkong di
rumah industri
keripik singkong,
Desa Tuntungan,
Deli Serdang,
Sumatera Utara,
Kamis (3/5) lalu.
Sebagian
pengusaha keripik
singkong kesulitan
mengembangkan
usahanya kerena
keterbatasan
modal.

Medan | Jurnal Asia

Lima tahun menggeluti usaha membuat keripik singkong, Rosita (48) memiliki impian usaha yang dirintis bisa merambah pasar luas. Namun apa daya, modal yang dimiliki terbatas. Untuk pekerja saja, ia bergantung sepenuhnya pada anggota keluarga.

Rosita yang tinggal di Jalan Marelan Pasar 4, Kecamatan Medan Marelan menuturkan, untuk mengiris singkong masih memergunakan alat manual seperti pisau. “Saya tidak memiliki mesin potong. Semua dilakukan dengan manual. Pekerjanya anak-anak saya sendiri,” katanya kepada Jurnal Asia, Kamis (4/7).

Selain keterbatasan peralatan, Rosita belum punya tempat khusus untuk usahanya. Sebagian rumah yang ditempati dijadikan “pabrik” pembuatan keripik. Kendati begitu tak menyurutkan semangat ibu empat orang anak ini untuk memajukan usahanya. Modal yang sedikit, dikelolah sebaik mungkin agar usahanya tidak kolaps.

“Kita lebih banyak menerima pesanan, hanya sebagian yang dipasarkan ke warung-warung,” tuturnya seraya menyebutkan, sebelum terjun ke bisnis pembuatan keripik singkong, beberapa jenis usaha rumah tangga yang digeluti tak berbuah hasil hingga terpaksa disudahi.

Meski usaha yang dijalankan boleh dibilang belum ada apa-apanya, Rosita yakin keripik hasil olahannya tak kalah saing dengan produk sejenis.

“Saya tidak mau sembarang menerima pasokan ubi. Kalau tidak berkualitas prima, saya tolak. Termasuk menjaga kebersihan produk yang akan dipasarkan. Jadi tidak cuma cerita kualitas rasa, tapi juga steril,” tukasnya.

Rosita mengklaim, uang Rp 25 ribu yang dikeluarkan konsuman untuk memperoleh 1 kg keripik singkong buatannya, akan setimpal. “Saya jamin konsumen tidak akan kecewa dengan rasa, renyah dan gurih keripik singkong buatan saya,” tukasnya seraya menyebutkan, setiap hari dia dan anggota keluarga mengolah puluhan kilogram singkong untuk dijadikan keripik.

“Meski pemasarannya masih mengandalkan jasa pedagang untuk diecerkan, untungnya lumayan untuk membantu perekonomian keluarga,” ucap Rosita yang berharap mendapat suntikan modal segar dari pemerintah. (Akmal)

Close Ads X
Close Ads X