Pemerintah Salurkan 150.005 Paket Elpiji

Padang | Jurnal Asia
Sebanyak 150.005 paket el­piji tiga kilogram gratis sudah ter­salurkan di 11 Kecamatan Kota Padang, Sumatera Barat, se­menjak tahun 2012 hingga 2015. “Penyaluran terakhir dilakukan pada tahun 2015, yaitu sebanyak 14.148 paket pada sembilan kecamatan,” kata Kepala Seksi (Kasi) Energi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi (Disperindagtamben) Kota Padang, Yolita di Padang, Jumat (27/11).

Pemerintah telah melakukan kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji dari tahun 2007 hingga 2015 pada enam provinsi, yaitu Su­ma­tera Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat.

Ia mengatakan, untuk Padang sendiri baru menyalurkan paket elpiji tiga kilogram pada tahun 2012 pada satu kecamatan, sebagai uji coba atau pengenalan. “Pada tahun 2012 hanya dila­kukan penyaluran di Kecamatan Nang­galo sebagai pengenalan, se­banyak 1.024 paket,” katanya.

Ia melanjutkan barulah pada ta­hun 2013 penyaluran dilakukan merata pada 11 kecamatan de­ngan jumlah paket sebanyak 131.092, karena respon dari masyarakat pada uji coba pen­yaluran pada tahun 2012 cukup baik.

“Sebenarnya rencananya pada tahun 2013 tersebut di­tun­­taskan seluruhnya untuk pen­­yaluran, akan tetapi ada warga yang belum dapat untuk meminta, sehingga kami me­minta tambahan paket pada tahun 2014,” katanya.

Pada tahun 2014, jumlah yang disalurkan adalah 3.741 paket pada dua kecamatan. Se­mentara pada tahun 2015 barulah dilakukan penyaluran un­tuk pendataan yang dilakukan pada tahun 2014, yaitu sebanyak 14.148 untuk sembilan ke­ca­matan.

Ia mengaku jumlah tersebut me­mang sedikit kurang dari kuota yang diberikan pertamina un­tuk Kota Padang, yaitu se­banyak 155.651 paket. “Hal tersebut tidak masalah, karena jumlah kuota awal ter­sebut merupakan peren­canaan awal,” ujarnya.

Salah seorang warga Padang, Ati (54) mengaku pada awalnya me­mang dirinya cukup takut be­ralih dari kompor biasa yang memakai minyak tanah men­jadi kompor gas, karena ia sering mendengar elpiji mudah me­ledak.

Namun, karena minyak tanah yang mulai langka dan kalaupun ada harganya cukup mahal, se­hingga Ati mulai membiasakan diri memakai paket elpiji yang diberikan pemerintah. “Saya tidak langsung meng­gu­nakan paket elpiji yang di­berikan tersebut karena masih merasa takut, tapi setelah beberapa lama akhirnya digunakan juga,” katanya. Ia merasa cukup hemat me­makai elpiji, karena untuk satu ta­bung elpiji tiga kilogaram bisa bertahan untuk 10 sampai hari.
(ant)

Close Ads X
Close Ads X