Selain demand yang melambat tersebut, katanya, persediaan cabai juga banyak dibanjiri dari luar wilayah Sumut seperti Aceh maupun Jawa.
Berbeda halnya dengan cabai, harga daging sapi justru tetap stabil sekalipun permintaan turun cukup signifikan. Selama Muharram permintaan daging sapi bisa saja turun mencapai 30% lebih.
“Harga daging sapi masih mampu di pertahankan karena memang harga pokok penjualannya tidak begitu jauh berbeda dibandingkan harga daging sapi di tingkat pedagang pengecer,” ujarnya.
Harga daging sapi sejauh ini masih stabil dalam rentang Rp110 hingga Rp120 ribu per Kg.
Berbeda dengan daging sapi, penurunan konsumsi pada ayam justru membuat harga daging ayam mengalami kenaikan. Kenaikan harga daging ayam ini sesuai dengan prediksi bahwa peternak akan mengatur stoknya untuk memenuhi kebutuhan konsumen, sehingga harganya relatif bisa dikendalikan untuk tidak mengalami penurunan.
Harga daging ayam saat ini dijual dikisaran Rp27 ribuan per Kg dari sebelumnya yang sempat Rp25 ribuan per Kg sekitar sepekan yang lalu.
Di sisi lain, harga bawang putih mengalami kenaikan hingga ke level Rp24 ribuan per kg. Harga bawang putih bergerak ke atas seiring dengan stok yang mulai menurun.
“Untuk harga bawang putih ini memang tidak memiliki hubungan antara erupsi, produksi petani, ataupun gangguan cuaca. Karena mayoritas didatangkan dengan cara impor,” terangnya.
Secara keseluruhan perkembangan harga pangan di bulan Agustus ini bergerak landai dengan tetap memunculkan potensi deflasi. Selama Muharam ini, diyakini Sumut akan dibayangi deflasi.
“Penyebaran Covid 19 ditambah dengan bulan sakral selama Suro (Muharram) membuat belanja masyarakat benar-benar berada di titik terendah setiap tahunnya,” pungkasnya.(nty)