Menimbang Peluang Ternak Ulat Sutera


Usaha sutera alam masih memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan mengingat tingginya kebutuhan dunia akan benang sutera. Pada perkembangan pasar persuteraan alam menunjukkan prospek yang cukup baik, hal ini tergambarkan dari jumlah produksi raw silk dunia yang terus naik beberapa tahun terakhir. Kualitas dan kuantitas benang sutera yang dihasilkan sangat ditentukan oleh teknik pemeliharaan ulat yang dilakukan oleh petani sutera. Teknik pemeliharaan ulat sutera yang dilakukan sangat beragam yang didasarkan pada bibit ulat sutera yang digunakan, jenis daun murbei, tindakan desinfeksi, tempat pemeliharaan ulat dan alat pengokonan yang digunakan. Beragamnya teknik pemeliharaan ulat sutera yang dilakukan oleh petani tentunya akan berdampak pada besarnya biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diterima oleh petani sutera. Pada dasarnya usaha berternak ulat sutera atau yang biasa disebut dengan usaha persuteraan alam ini telah lama dikenal di Indonesia akan tetapi masih sedikit masyarakat yang mau menekuninya dan belum populer dikalangan masyarakat. Padahal dengan menekuni usaha ini tidak membutuhkan ketreampilan khusus yang tinggi, menghasilkan produk dengan nilai ekonomis yang tinggi serta relatif cepat menghasilkan.
Kegiatan usaha budidaya ulat sutera dapat dibagi menjadi tiga unit usaha dilihat dari aspek usahanya. Dari ketiga unit tersebut masing – masing dapat berdiri menjadi unit usaha mandiri. Kegiatan unit usaha tersebut antara lain adalah usaha perkebunan murbei sebagai pemasok pakan ulat sutera , selanjutnya adalah usaha pemeliharaan ulat sutera untuk menghasilkan kokon, dan usahapemintalan kokon menjadi benang sutera yang siap tenun.
Dari uraian di atas tentang begitu besar potensi akan peternakan ulat sutra maka dari itu pada makalah kami ini kami membahas secara khusus bagaimana efisiensi produksi peternakan ulat sutra. Dengan demikian di harapkan makalah ini dapat menjadi sumber infomasi dimana pengembngan usaha ulat sutera akan dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat akan lebih meningkat.
Jalur Niaga
Ulat sutera adalah serangga penghasil benang sutera yang siklus hidupnya mengalami metamorfosa sempurna yaitu dari larva ( ulat ), pupa sampai dengan kupu-kupu ( Apriyanto, 2010). Jenis ulat sutera yang banyak dibudidayankan di Indonesia adalah jenis Bombyx mori yang termasuk dalam keluarga bombicidae. Jenis ulat sutera Bombyx mori merupakan jenis ulat yang monophagous atau hanya makan daun murbei saja. Pada siklus alami, ulat sutera yang menghasilkan satu generasi dalam satu tahun disebut univoltine. Jika menghasilkan dua generasi dalam satu siklus disebut dengan bivoltine, dan jika lebih dari itu disebut multivoltine.
Ditinjau dari aspek agribisnis usaha ulat sutera mempunyai rantai tata niaga yang cukup panjang, sebab produk yang dihasilkan berupa bahan baku industri sandang, sehingga dari proses budi daya akan berlanjut dengan agroindustri berupa usaha pemintalan kokon dan pertenunan (garmen). Di pihak lain, bibit ulat sutera hingga kini belum dapat diproduksi oleh petani/pemelihara ulat sendiri, tetapi oleh perusahaan (BUMN) yang sudah tentu menambah panjangnya jalur tata niaga.
Perusahaan pertenunan/garmen memproses benang sutera menjadi kain sutera, yang sebagian produksinya dipasarkan di dalam negeri dan sebagian disalurkan keeksportir untuk dipasarkan di luar negeri. Melihat kebutuhan nasional akan benang sutera yang hingga kini sebagian besar belum terpenuhi, serta peluang pasar di luar negeri yang sangat besar, maka prospek budi daya ulat sutra di masa mendatang akan sengat cerah. Apalagi dengan berkembangnya sektor pariwisata yang antara lain ditandai denga meningkatnya arus kunjungan wisatawan asin yang ternyata memberikan dampak positif terhadap perkembangan industri garmen di dalam negari. Hal ini dapat diharapkan akan menambah peluang bagi usaha budidaya ulat sutera dan kain sutera.
Teknik Pemeliharaan
Teknik pemeliharaan ulat sutera yang dilakukan dapat dikelompokkan berdasarkan bibit ulat sutera yang digunakan, penggunaan daun murbei, tindakan disinfeksi, tempat pemeliharaan, dan alat pengokonan yang digunakan.
Bibit ulat sutera merupakan salah satu faktor penting dalam pemeliharaan ulat sutera. Bibit ulat sutera yang berkualitas sangat menentukan produksi kokon yang akan dihasilkan. Pada pembibitan ulat sutera dilakukan pengujian dan sertifikasi bibit untuk mengidentifikasi apakah bibit tersebut mengandung penyakit yang dapat menurunkan produksi kokon sehingga kerugian yang akan dialami oleh petani sutera dapat dihindari.
Produksi kokon yang dihasilkan oleh petani sutera juga ditentukan oleh tersedianya pakan ulat sutera (daun murbei). Selain jumlah daun murbei yang tersedia, jenis murbei juga dapat menentukan kualitas dan kuantitas kokon yang dihasilkan. Jenis daun murbei yang sering digunakan untuk pakan ulat sutera antara lain adalah Morus indica, M. khunpai, M. multicaulis, M. nigra dan Morus alba.
Desinfeksi
Desinfeksi adalah suatu tindakan untuk mencegah berkembangnya penyakit pada saat pemeliharaan ulat sutera. Tindakan desinfeksi dilakukan dengan cara menyemprotkan desinfektan pada tempat pemeliharaan dan alat-alat pemeliharaan ulat sutera yang digunakan. Idealnya penyemprotan desinfektan dilakukan 2 kali yaitu sebelum pemeliharaan ulat sutera dan setelah kegiatan pemeliharaan ulat sutera.
Tempat pemeliharaan ulat sutera
Tempat pemeliharaan ulat sutera dapat mempengaruhi produksi kokon yang akan dihasilkan. Pemeliharaan ulat sutera dapat dilakukan secara kecil kecilan dalam sala rumah tangga ataupun secara besar besaran. Namun, dimanapun ulat itu dipelihara, hendaknya ruangan/tempat pemeliharaan memenuhi persyaratan, terutama menyangkut suhu, cahaya, kelembaban, dan ventilasi (pertukaran) udara. (int)

Close Ads X
Close Ads X