Lagi, Neraca Dagang Defisit

Sejumlah kendaraan melintas saat berlangsung aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (19/3). Badan Pusat Statistik mencatat, pada Februari 2018 neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 116 juta dolar Amerika Serikat yang merupakan defisit selama tiga bulan berturut-turut sejak Desember 2017. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/kye/18.

Rupiah Lesu

Jakarta | Jurnal Asia

Presiden Joko Widodo menerima sejum­lah menteri ekonomi di Istana Senin (17/9) siang . Pertemuan itu disebut-sebut me­nge­valuasi kondisi neraca perdagangan ter­baru.

“Kami membahas situasi tersebut ka­rena neraca perdagangan diumumkan, m­e­reviewnya. Apa yang jalan, yang tidak jalan,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (17/9).

Siang tadi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit US$1,02 miliar secara bulanan pada Agustus 2018.

Angka itu lebih kecil dibandingkan bu­lan sebelumnya yang mencapai US$2,01 miliar. Kendati demikian, defisit neraca perdagangan dalam perhitungan tahun kalender mencapai US$4,09 miliar pada Januari-Agustus 2018.

Darmin menuturkan pertemuan tadi dilakukan guna mengetahui hal-hal yang perlu dipersiapkan serta dipertimbangkan dalam periode mendatang.

Namun, mantan Gubernur Bank Indonesia ini enggan menyebutkan imbauan serta hal lain yang disampaikan Presiden, maupun tim ekonomi melihat perkembangan hal itu.

“Saya belum mau ngomong apa saja. Jumlah sih menurun. Kenapa? Sebenarnya non-migasnya sudah lumayan baik, sudah surplus, tapi migasnya masih defisitnya agak besar. Hasilnya masih defisit,” tuturnya.

Sebelumnya, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan defisit perdagangan Agustus 2018 disebabkan nilai ekspor hanya US$15,82 miliar atau turun 2,9 persen dari bulan sebelumnya.

Sementara itu, impor lebih tinggi dari ekspor, yaitu senilai US$16,84 miliar, meski nilainya sudah merosot 7,97 persen dibandingkan Juli 2018.

Tak hanya itu penurunan ekspor juga terjadi karena penurunan ekspor migas dari US$1,43 miliar menjadi US$1,38 miliar dan penurunan ekspor non-migas dari US$14,86 miliar menjadi US$14,43 miliar.

Rupiah Lesu

Sementara itu nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.880 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan, Senin (17/9) sore. Posisi ini melemah 74 poin atau 0,5 persen dari posisi akhir pekan lalu, Jumat (14/9), di posisi Rp14.806 per dolar AS.

Bersama rupiah, beberapa mata uang di kawasan Asia turut melemah di hadapan dolar AS. Won Korea Selatan melemah 0,89 persen, rupee India minus 0,87 persen, peso Filipina minus 0,44 persen, dan renminbi China minus 0,04 persen. Sementara dolar Hong Kong stagnan.

Sedangkan dolar Singapura menguat 0,03 persen, yen Jepang 0,05 persen, ringgit Malaysia 0,15 persen, dan baht Thailand 0,17 persen. Sebaliknya, mayoritas mata uang utama negara maju justru menguat dari dolar AS. Dolar Kanada menguat 0,07 persen, poundsterling Inggris 0,22 persen, euro Eropa 0,24 persen, dolar Australia 0,27 persen, dan franc Swiss 0,32 persen. Hanya rubel Rusia yang melemah 0,05 persen.

Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan rupiah bersandar di zona merah karena terpukul sentimen dari dalam negeri karena neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2018 kembali defisit sampai US$1,02 miliar,” ucapnya

Hal ini, katanya, bisa menjadi pemberat langkah BI bila nantinya perlu kembali melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Sementara, tekanan dari eksternal, me­nu­rutnya, sedikit banyak masih membayangi rupiah, khususnya dari perang dagang antara AS-Tiongkok. Meski, kedua negara dikabarkan akan bernegosiasi terkait kelanjutan perang dagang, namun dikabarkan AS justru akan mengumumkan kepastian soal pemberlakuan tarif bea masuk impor baru bagi produk Tiongkok.
“Bisa jadi kekhawatiran pasar akan berlanjut karena hal ini,” imbuhnya.

Sedangkan sentimen lain, seperti rencana kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve belum kembali mempengaruhi rupiah. Dini memproyeksi rupiah bergerak di kisaran Rp14.820-14.940 per dolar AS pada esok hari.
(cnn|swm)

Close Ads X
Close Ads X