Jakarta – Over supply produksi jagung membuat kekhawatiran tersendiri di petani mengenai masalah harga. Jika produksi melimpah maka harga akan murah. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, jika over supply akan terjadi pada masa panen di Maret-April 2017 nanti mencapai 12 juta ton.
Mentan mengatakan, hal pertama yang akan dilakukan pemerintah adalah menjaga dan menjamin harga di tingkat petani tetap stabil dengan memotong rantai distribusi yang panjang. Sehingga petani untung dan konsumen juga tidak komplen.
“Harga di lapangan kita jaga agar stabil. Di konsumen harga pakan Rp4.000 per kilogram (kg) dan di petani Rp3.100. Itu sudah bagus. Itu harus kita jaga,” ungkapnya di Kementan, Rabu (18/1).
Rantai produksi yang baru nanti petani akan langsung ke perusahaan. Dengan hal ini, perusahaan akan mendapatkan harga yang bagus karena langsung dari petani. Selain itu akan ada jaminan suplai. Namun, yang di khawatirkan animo petani menanam jagung akan meningkat karena keuntungan dengan rantai distribusi pendek ini lebih stabil.
“Justru ini dikhawatirkan, disuruh tanam 10 ribu justru jadi menanam 15 ribu karena harganya yang baik. Sehingga kemungkinan ini perlu kita antisipasi,” katanya.
Selain itu, Amran juga menyebut kerjasama yang baik antara pemerintah dan perusahaan swasta. Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) merupakan perusahaan swasta yang digandeng Kementerian Pertanian untuk melakukan kerjasama untuk menyerap produksi jagung lokal, hal ini terbukti ampuh dengan turunnya impor jagung Indonesia sebesar 66%.
“Kita bekerja bersama-sama sehingga produksi kita meningkat, ini sinergi yang baik dan impor jagung kita turun 66%. Sehingga sekarang mereka justru ada kekhawatiran over suplai dalam waktu dekat,” ungkapnya. (oz)