Produktivitas Petani
Makassar | Jurnal Asia
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan industri pengelolahan kakao dan cokelat di Indonesia bertumbuh dengan baik dari 15 perusahaan pada 2010 menjadi 19 perusahaan pada 2015.
“Pemerintah sejak 2010 telah mengembangkan industri pengolahan kakao dan cokelat melalui berbagai kebijakan sehingga industri itu tumbuh dengan baik dari awalnya 15 perusahaan naik menjadi 19 perusahaan pada 2015,” kata Saleh Husin dalam kunjungan kerja ke pabrik pengolahan kakao PT Mars Symbioscience Indonesia di Makassar, Senin (3/8).
Saleh Husin menjelaskan kapasitas industri pengolahan pun naik dari 345 ribu ton menjadi 765 ribu ton per tahun dengan kenaikan investasi mencapai 350 juta dolar AS.
“Dengan peningkatan di sektor industri kakao maka industri hilir cokelat pun bertumbuh dengan produk yang memiliki rasa bervariasi misalnya seperti Cokelat Ndalem dan Chocodot,” kata Saleh Husin.
Untuk itu, Saleh Husin mengatakan pemerintah konsisten mendorong pengembangan industri kakao dan cokelat melalui program Gerakan Nasional Kakao (Gemas Kakao) dengan target produksi dua ton kakau per hektare.
“Diharapkan mampu mencapai dua ton per hektare karena saat ini prokuktivitas kakau hanya 0,5 ton per hektare. Pemerintah akan berpromosi lewat kegiatan hari kakao Indonesia pada 16 September di Yogyakarta,” imbuh Saleh Husin.
Saleh Husin mengatakan pemerintah akan memberikan kemudahan berinvestasi dengan adanya infrastruktur, pelayanan satu pintu, fasilitas fiskal dan bebas bea masuk impor mesin pengolahan kakao.
Saleh Husin sendiri mendorong perusahaan pengolahan biji kakao PT Mars Symbioscience untuk meningkatkan produktivitas petani kakao dari 0,5 ton per hektare menjadi 2 ton per hektare. “Kami dorong PT Mars untuk meningkatkan produksi petani lokal dari setengah ton menjadi 2 ton per hektare dan mereka mampu,” kata Saleh Husin.
Dia berpendapat peningkatan produktivitas petani mengembangkan industri pengolahan biji kakao di Sulawesi Selatan. “Saya yakin Sulawesi Selatan akan maju pesat. Industri sumber daya alam seperti cokelat memiliki nilai ekspor cukup besar sehingga kami dorong supaya terus maju,” imbuh Saleh Husin lagi.
Dalam kunjungan itu Saleh Husin juga berdikusi dengan tim manajemen PT Mars terkait pengembangan investasi sektor industri kakao di Indonesia. Ruud Engbers selaku Presiden Direktur PT Mars Symbioscience Indonesia mengatakan, telah mendirikan pusat penelitian di lokasi tertentu untuk menerapkan prinsip pertanian kakao yang menguntungkan bagi petani.
“Petani perlu didorong untuk mengolah kebunnya sehingga bekerja lebih baik dan berinvestasi untuk masa depannya. Di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, kami mendirikan Cocoa Akademy yang menyediakan pelatihan agronomi dan bisnis kepada petani dan ahli kakao,” kata Engbers. Pada kunjungan itu Menteri Saleh Husin pun mencicipi beberapa produk olahan cokelat dalam bentuk makanan ringan dan minuman. (ant)