Garam Sumenep tidak Laku

Bangkalan | Jurnal Asia

Sebanyak 50 ribu ton garam milik petani garam rakyat di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, tidak laku dijual.
“Perusahaan garam tidak mau membeli,” kata Ketua Paguyuban Petani Garam Rakyat Sumenep (Perras), Hasan Basri, Minggu (7/7).

Menurut Hasan, perusahaan garam besar macam PT Garam, PT Garindo, PT Susanti dan PT Budiono mendadak menghentikan pembelian garam rakyat sejak empat bulan yang lalu. Padahal, kata dia, garam yang tersisa di petani saat ini harus segera dijual karena hasilnya bakal dijadikan modal untuk memulai lagi penggarapan lahan setelah cuaca normal.

Selain itu, hasil penjualan garam ini juga penting untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari petani garam. “Saya juga tidak tahu alasan kenapa mereka tidak mau beli,” katanya.

Tidak terbelinya garam rakyat ini dimanfaatkan sejumlah pengepul garam. Mereka membeli murah garam petani seharga Rp300 per kilogram, padahal harga pembelian tertinggi garam sesuai ketentuan pemerintah berkisar antara Rp500 per kilogram untuk garam kwalitas nomor 2 dan Rp 750 per kilogram untuk kwalitas 1.

“Hanya seharga itu kemampuan saya membeli garam,” kata Zainullah, pengepul garam dari Kabupaten Pamekasan.
Menurut Zainul, garam yang dibeli nantinya akan dijual lagi ke perusahaan garam setelah perusahaan itu membuka pembelian dan sebagian lainnya akan dijual kiloan kepada pedagang di sejumlah pasar tradisional.

Ketua Perras, Hasan Basri berharap Kementerian Kelautan segera mencari solusi agar garam rakyat bisa terjual. Apalagi, kata dia, dengan kondisi anomali cuaca kemarau basah seperti saat ini, petani membutuhkan banyak biaya untuk modal menggarap lahan dan makan sehari-hari. (ti)

 

Close Ads X
Close Ads X