Bulog Siapkan Rp 30 Triliun Serap Gabah Petani

Petani mengumpulkan gabah yang dirontokkan dengan mesin di Lambaro, Aceh Besar, Aceh, Senin (20/2). Harga jual gabah di tingkat petani Aceh mengalami penurunan dari Rp3.800 menjadi Rp3.500 sementara di daerah lain nusantara harga bervariasi pada angka Rp2.500, Rp2.700 dan Rp3.000 perkilogram. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/pd/17.

Jakarta – Presiden Joko Widodo bersama sejumlah menteri terkait telah membahas upaya penyerapan produksi gabah petani untuk menstabilkan harga komoditas tersebut yang kian menurun.

Harga gabah di tingkat petani turun karena cuaca hujan dan produksi yang melimpah. Oleh karena itu, pemerintah meminta Perum Bulog membeli gabah dari petani dengan harga pembelian pemerintah (HPP) Rp 3.700/kg.

Bulog menyiapkan anggaran Rp 30 triliun untuk menyerap gabah dan beras dari petani tahun ini. Oleh karena itu, Bulog optimistis dapat mencapai target penyerapan 4 juta ton gabah setara beras dari pemerintah selama 6 bulan.

“Kami siap dengan anggaran lebih dari Rp 30 triliun untuk beras dan gabah,” ujar Direktur Pengadaan Bulog, Tri Wahyudi Saleh, di Kementan, Jakarta Selatan, Kamis (23/2).

Dia mengatakan, sepanjang Januari-Februari 2017, Bulog telah menyerap 60.000 Ton Gabah Kering Panen atau setara 30.000 ton beras. Angka tersebut naik dibandingkan tahun lalu di Januari saja hanya 600 ton.

“Sampai hari ini (serap) 30.000 ton setara beras, tapi ka­lau gabahnya 60.000 ton dari Januari sampai hari ini. Tahun lalu kecil di Januari saja 600 ton,” ujar Wahyudi.

Ia mengatakan selama 2 bulan ini telah membeli gabah di tingkat petani seharga Rp 3.700/kg sehingga dari 60.000 ton gabah yang terserap, Bulog telah mengalokasikan dana sebesar Rp 222 miliar.

“60.000 ton gabah dikali Rp 3.700 ton jadi ratus miliar kita alokasikan kemarin,” terang Wahyudi.

Selain itu, Bulog memiliki 50 unit alat pengering gabah. Namun, ada 15 unit yang sedang dalam perbaikan.

Meski begitu, 1 alat pengering ini berkapasitas 3 ton per 8 jam. Selain itu Bulog juga be­kerjasama dengan swasta untuk melakukan pengeringan gabah yang alatnya berkapasitas 300 ton per hari.

“Kita ada alat pengering 50 unit, 15 unitnya tapi sedang perbaikan yang oke ada 35. Nah, itu beroperasi maksimal 3 ton per 8 jam. Kalau swasta ada sampai 300 ton per hari kita kerja sama,” ujarnya.

Alat pengering ini tersebar di sentra produksi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, dan lain­nya.
(dtf)

Close Ads X
Close Ads X