Jakarta – PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) batal menerbitkan obligasi global (global bond) senilai US$2,5 miliar di tahun ini, seperti yang sebelumnya direncanakan oleh perusahaan sejak tahun lalu.
Direktur Keuangan Bukit Asam, Achmad Sudarto menyatakan, perusahaan masih memiliki kas dan ruang untuk melakukan pinjaman terhadap perbankan. Sehingga, penerbitan obligasi dinilainya tidak urgensi dilakukan tahun ini.
Seperti diketahui, rencana perusahaan mengeluarkan obligasi global untuk memenuhi sebagian ekuitas atau modal setara 30 persen dalam membangun proyek pembangkit listrik dengan total 5 ribu megawatt (mw).
“Kan kami masih kas masih banyak, kalau memang butuh sekali kami gunakan dulu yang ada. Kan kami masih ada pinjaman siaga, kalau hanya US$2 miliar cukup lah,” ungkap Achmad, Rabu (22/3).
Menurut Achmad, obligasi global tersebut akan dikeluarkan paling cepat tahun depan, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menerbitkannya pada tahun 2019.
Sementara itu, ia mengaku, kebutuhan ekuitas itu tidak dibutuhkan secara langsung tapi bertahap. Di mana, tahun pertama biasanya dibutuhkan 30 persen, kemudian tahun berikutnya 30 persen, dan tahun ketiga 40 persen.
“Untuk kebutuhan ekuitas 30 persen sebenarnya memang obligasi. Tapi kalau butuh cepat ya utang,” jelas dia.
Asal tahu saja, proyek pembangkit listrik tersebut ditargetkan rampung pada 2022 hingga 2023 mendatang. Perusahaan memperkirakan membutuhkan dana investasi sekiyar US$1,2 juta per MW, sehingga total investasi dapat mencapai US$6 miliar.
Hingga saat ini, perusahaan juga sudah melakukan pembagunan pembangkit listrik dengan kapasitas 2×10 MW, 2×8 MW, 3×10 MW. Selain itu, perusahaan memiliki perjanjian jual beli listrik untuk pembangkit listrik mulut tambang Bangkok Tengah dengan kapasitas 2×620 MW. seperti yang sebelumnya direncanakan oleh perusahaan sejak tahun lalu.
Direktur Keuangan Bukit Asam, Achmad Sudarto menyatakan, perusahaan masih memiliki kas dan ruang untuk melakukan pinjaman terhadap perbankan. Sehingga, penerbitan obligasi dinilainya tidak urgensi dilakukan tahun ini.
Seperti diketahui, rencana perusahaan mengeluarkan obligasi global untuk memenuhi sebagian ekuitas atau modal setara 30 persen dalam membangun proyek pembangkit listrik dengan total 5 ribu megawatt (mw).
“Kan kami masih kas masih banyak, kalau memang butuh sekali kami gunakan dulu yang ada. Kan kami masih ada pinjaman siaga, kalau hanya US$2 miliar cukup lah,” ungkap Achmad, Rabu (22/3).
Menurut Achmad, obligasi global tersebut akan dikeluarkan paling cepat tahun depan, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menerbitkannya pada tahun 2019.
Sementara itu, ia mengaku, kebutuhan ekuitas itu tidak dibutuhkan secara langsung tapi bertahap. Di mana, tahun pertama biasanya dibutuhkan 30 persen, kemudian tahun berikutnya 30 persen, dan tahun ketiga 40 persen.
“Untuk kebutuhan ekuitas 30 persen sebenarnya memang obligasi. Tapi kalau butuh cepat ya utang,” jelas dia.
(cnn)