Bayar Utang, ISSP Terbitkan Obligasi Valas US$250 Juta

Jakarta – Emiten produk baja PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) atau Spindo berencana menerbitkan obligasi valuta asing (valas) paling banyak US$250 juta untuk membayar utang jangka pendek atau refinancing.

Head of Investor Relation Spindo, Johannes Edward me­ngatakan, rencana penerbitan obligasi valas bakal dilakukan pada April atau Mei 2017. Pa­da awalnya, Spindo berniat menerbitkan obligasi pada kuar­tal I/2017.

“Kami mundur sedikit karena kemarin memantau kondisi pa­sar modal dunia pasca pemilu Belanda dan kenaikan suku bunga Fed,” jelasnya, Kamis (30/3).

Dia menjelaskan, perusahaan bersandi saham ISSP itu telah mengantongi tiga perusahaan sekuritas yang berpeluang me­nangani penerbitan obligasi perseroan. Sebelumnya, lem­baga pemeringkat Fitch Ratings menyematkan peringkat di “Id­nA-” untuk ISSP dan obligasi yang akan diterbitkan.

Dalam laporannya, Fitch me­nyebut peringkat yang dise­matkan mencerminkan posisi Spindo yang kuat di pasar pipa baja nasional. “Perusahaan ini bisa menjaga pertumbuhan penjualan dan pendapatan ken­dati pasokan baja global me­limpah,” tulis Fitch

Berdasarkan laporan ke­uangan Spindo per September 2016, total utang jangka pendek mencapai Rp2,42 triliun. Jumlah tersebut berasal dari delapan kreditur, PT Bank Central Asia Tbk mengucurkan kredit terbesar sebanyak Rp1,56 triliun.

Adapun, kreditur lain yang turut mengucurkan kredit ke Spindo antara lain Eximbank Indonesia, Bank ICBC Indonesia, Bank Danamon, Bank Sumitomo Mitsui Indonesia dan HSBC. Tingkat bunga yang dikenakan berkisar 2,25 – 11,5 persen.

Di sisi lain, tahun ini Spindo membidik pertumbuhan pen­jualan di kisaran 20 – 30 persen dari pencapaian tahun lalu sebesar Rp3,3 triliun (tidak diaudit). Johannes menerang­kan, perseroan berpeluang me­ningkatkan efisiensi berkat harga bahan baku yang lebih murah.

Untuk diketahui, JFE Steel Corporation dan Marubeni-Ito­chu Steel Inc (MISI) baru saja mengambil alih 2,2 persen sa­ham Spindo.

“Dengan kapasitas kami pas­ti mendapatkan ‘previlegge’ terhadap pembeli lain dengan kapasitas yang lebih kecil,” jelasnya.

Menurut Johannes, akuisisi saham perseroan oleh JFE Steel Corporation dan MISI diharapkan menjadi awal dari aliansi yang lebih erat. Dia tak menampik penyertaan modal JFE Steel dan MISI di Spindo bisa lebih besar ke depan.

Sebelum berkongsi dengan JFE Steel, Spindo yang berdiri pada 1971 pernah menjalin hubungan bisnis dengan salah satu perusahaan pendahulunya, yakni Kawasaki Steel yang me­masok baja lembaran lewat distribusi MISI yang saat itu merupakan bagian dari Itochu Corporation.

Saat ini, Spindo memproduksi sekitar 350.000 ton pipa dan lembaran baja per tahun untuk kebutuhan bahan baku suku cadang sepedamotor dan kom­ponen konstruksi. (bc)

Close Ads X
Close Ads X