Pemerintah Canangkan Indonesia Menjadi Lumbung Pangan Dunia

Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) sudah mencanangkan bahwa Indonesia menjadi lumbung pangan dunia. Pemerintah menargetkannya pada 2045. Kementan akan menempatkan petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian untuk mewujudkan target itu.

Kementan hadir sebagai fasilitator pem­bangunan yang berperan untuk mem­­berdayakan dan mendukung petani secara maksimal.

“Kementan mendorong partisipasi aktif petani dalam mencapai swasembada pangan seraya meningkatkan kesejahteraan mereka,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Suwandi sebagaimana rilis yang diterima Kompas.com pada Jumat (11/8).

Kementan menempatkan swasembada pangan dan peningkatan kesejahteraan pe­tani sebagai dua tujuan utama yang saling terkait. Program mencapai swasembada pangan sejalan dengan upaya peningkatan kesejahteraan petani.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Kemen­tan menjalankan pendekatan bottom-up planning dimulai dengan identifikasi ke­butuhan dan permasalahan yang dihadapi pe­tani di lapangan. Temuan itu sebagai bagian penting dalam perumusan kebijakan dan program pembangunan pertanian.

Karena itu, kebijakan dan program yang dijalankan Kementan didasarkan pada kondisi lapangan dan dilakukan melalui pendekatan kesisteman (system approach).

Selain pendekatan kesisteman tersebut, pemerintah akan merevisi regulasi yang menghambat, membangun infrastruktur, mekanisasi pertanian, melakukan perbaikan teknis produksi, menjalankan pendampingan dan penguatan SDM, penanganan pas­capanen, serta pengendalian harga adalah parameter pengungkit yang mendapat prioritas dalam penyusunan program tero­bosan sesuai kebutuhan lapang.

Inovasi Dorong Produktivitas
Dalam upaya mendongkrak produktivitas pangan nasional, Kementan juga senantiasa men­dorong berbagai inovasi di sektor pertanian.

Pengembangan inovasi yang dikem­bang­kan oleh Kementan memiliki syarat pen­ting yaitu memenuhi unsur pemenuhan ke­butuhan petani sebagai pengguna inovasi dan pelaku utama pertanian secara spesifik lokasi.

“Untuk itu, Kementan melalui Badan Litbang Pertanian melakukan pengkajian untuk memastikan inovasi yang dikem­bangkan Kementan, baik berupa varietas unggulan, metode budidaya, maupun penanganan hama, memang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan petani,” ucap Suwandi.

Ia mengatakan keberhasilan Indonesia me­ningkatkan produktivitas padi pada tiga tahun terakhir tidak bisa dilepaskan dari pengembangan inovasi yang bersumber dari identifikasi terhadap kebutuhan petani tersebut.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2015, produksi gabah kering giling (GKG) mencapai 75,55 juta ton. Angka ini meningkat 4,66 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 70,85 juta. Sedangkan, produksi pada 2016 mencapai lebih dari 79 juta ton.

Peningkatan produtivitas beras merupakan hasil dari inovasi yang dikembangkan Kementan dalam memecahkan permasalahan paceklik permanen. Persoalan produksi beras terjadi karena luas tanam bulanan padi pada Juli sampai September hanya berada kisaran 500 – 600 ribu hektar.

Kementan melakukan terobosan dengan menjaga luas tanam bulanan padi pada Juli-September minimal 900 ribu hektar. (kc)

Close Ads X
Close Ads X