Pada RPM Asia-Pasifik, Indonesia Dorong Keamanan Siber

Denpasar – Indonesia akan membawa isu keamanan siber dalam pertemuan persiapan regional Asia-Pasifik (RPM) 2017 guna menyongsong Konferensi Pembangunan Telekomunikasi Dunia (WTDC) di Buenos Aires, Oktober mendatang.

Kepala Bidang Kelembagaan Multilateral Kementerian Ko­munikasi dan Informatika Sri Sunardi di Legian, Senin (20/3) mengatakan, Indonesia dalam isu keamanan siber di antaranya ingin menambahkan adanya norma-norma etika siber dalam draf untuk deklarasi yang akan dibawa ke WTDC 2017.

“Terkait dengan isu cyber security Indonesia ingin me­­nambahkan cyber norm, norma-norma di siber,” kata Sunardi yang merupakan salah satu delegasi Indonesia tersebut.

RPM Asia dan Pasifik ITU akan digelar di Bali pada 21-23 Maret 2017, setelah sehari sebelumnya didahului Forum Pembangunan Regional (RDF) Asia dan Pasifik.

Menurut Sunardi, Indonesia akan berjuang untuk itu, me­ngingat isu norma keamanan siber selama ini tidak disentuh ITU. “ Itu perjuangan berat In­­donesia untuk memperjuangkan itu, karena ITU itu ngurusin telekomunikasi, infrastruktur, regulasi telekomunikasi,” katanya.

Norma siber tersebut didorong dalam RPM kali ini karena ber­munculannya konten-konten negatif bagi satu negara, katanya. Selain itu, dalam kesempatan tersebut, Indonesia juga akan mengusulkan peningkatan par­tisipasi dari negara-negara berkembang dalam program-program ITU, katanya.

RPM Asia Pasifik sendiri me­­ru­pakan pertemuan untuk me­nyamakan kepentingan para anggota-anggota ITU yang ber­ada di kawasan yang hasilnya akan dibawa ke WDTC untuk dimasukan dalam deklarasi.

29 Negara Hadir
Terpisah, Pejabat Organisasi Telekomunikasi Internasional (ITU) memuji forum pembangun­an regional (regional development forum/RDF) Asia dan Pasifik 2017 yang digelar di Bali, Indonesia, karena mampu menghadirkan delegasi dari perwakilan 29 negara anggota ITU.

“Partisipan dalam Asia Pasifik ‘regional development forum’ 2017, terdapat 124 delegasi yang mewakili 29 negara anggota, itu merupakan angka yang impresif yang diberikan RDF yang digelar di Regional dalam beberapa tahun terakhir,” kata Direktur Regional Asia dan Pasifik Biro Pembanguunan Telekomunikasi ITU Ioane Koroivuki di Legian, Bali, saat menutup acara tersebut, Senin.

Ia mengatakan, jumlah negara peserta yang turut dalam acara RDF di Bali kali ini meningkat hingga 10 negara. “Saya tidak yakin kenapa jumlah peserta delegasi negara meningkat hing­ga lebih dari 10, saya kira ada sesuatu dengan Bali,” ucapnya.

Ia juga berterima kasih kepada para delegasi karena tetap me­­menuhi ruangan acara selam pagi hingga sore untuk menyimak pemaparan para narasumber yang mengetengahkan berbagai isu dalam pembangunan dan pengembangan teknologi in­formasi dan komunikasi.

“Kalau ruangan kosong berarti ada di pasar atau di pantai,” katanya disambut tawa para delegasi.

Kepala Pusat Kerja Sama Internasional Kementerian Ko­munikasi dan Informatika Ikhsan Baidirus mengatakan, RDF kali ini lebih sukses bila dibandingkan RDF yang digelar sebelumnya di sejumlah negara.

“Delegasi dari Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, Rusia bahkan dari Korea Utara juga datang,” ujarnya.

Menurut dia, penyelenggaraan setiap acara di Indonesia biasanya memang menaraik minat banyak delegasi dari berbagai negara untuk datang. (ant)

Close Ads X
Close Ads X