Pejuang Kemerdekaan Tionghoa yang Terlupakan

Tionghoa di berbagai dae­rah di Nusantara turut ber­juang dalam kemerdekaan In­donesia dan menegakkan NKRI. Dalam per­juangan politik mungkin ada beberapa tokoh Tionghoa seperti Liem Koen Hian, Siauw Giok Tjhan dan lain-lain. Yang jarang dike­tahui adalah peran Tionghoa dalam berbagai aksi kemiliteran. Yang juga sering terlupakan ada­lah kaum wanita yang juga tu­rut berperan dalam caranya masing-masing. Mereka mungkin terlupakan dan tidak sepopuler pahlawan nasional Laksamana John Lie . Daftar ini disusun berda­sarkan masa dan tahun lahir para pe­juang ini baik di era kolonial Be­lan­da hingga masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia.

1. Oey Eng Kiat / Raden Nga­behi Widyaningrat (Lasem-Jawa Tengah)
Lasem juga menjadi pusat perlawanan Tionghua terhadap VOC yang dipimpin oleh Oey Eng Kiat [ Raden Ngabehi Widyaningrat] , Raden Panji Margono dan Tan Kee Wie [Tan Khe Oey]. Dalam drama ulangan pemberontakan di tahun 1750 , Oey Eng Kiat gugur bersama Raden Panji Margono. Untuk memperingati jasa mereka didirikan kelenteng Gie Yong Kong di tahun 1789. Situs ini menandakan hubungan Jawa dengan Tionghoa.

2. Gian Liam Nio (1901-, Jawa Timur)
Dikalangan prajurit terkenal sebagai “Ibu Liem” yang aktif di dapur umum. Ketika Nyonya Liem ini wafat , upacara pemakaman dilakukan secara militer dan dihadiri KASAD Kol Bambang Sugeng (1913-1977) dan Walikota Malang.

3. Oeij Kim Bie/Erawan Gon­daseputra (1904-?, Jawa Barat).
Berjuang bersama kaum na­sionalis Indonesia sejak tahun 1923, termasuk beberapa kali masuk penjara . Di masa revolusi bergabung dngan Laskar Pesindo melawan Inggris dan merampas obat-obatan untuk tentara Re­publik di Andir, Bandung. Pada tahun 1960 mendapat bintang dari Legiun Veteran RI

4. Djiauw Pok Kie (1910-1973)
Selama masa Revolusi di In­donesia , dia menyelundupkan senjata untuk para nasionalis Indonesia. Djiauw mendapat men­dali untuk kontribusinya terhadap Republik Indonesia.

5. Sho Bun Seng (1911-2000, Padang-Sumatera Barat)
Di masa Revolusi berjuang di Padang dan bergabung dengan batalion Pagarruyung, kemudian bertugas di Jawa Barat dan Ka­limantan Barat. Dimakamkan di TMP Kalibata Jakarta pada tahun 2000.

6. Han Liang Kuan (1911-1962, Makassar-Sulawesi Sela­tan)
Membuka warung kopi yang ternyata dijadikan pusat perte­muan rahasia gerilyawan dari kesatuan “Harimau Republik”, dimana Han juga merupakan salah satu anggotanya dan menyediakan senjata.

7. Liem Ching Gie / Abdul Malik (1911-1970 , Sulawesi Selatan)
Aktif dalam perjuangan bersen­jata ditangkap dan dipenjara Belanda tahun 1947-48.

8. Oei Pei Hin (1912-1996 , Jawa Barat)
Aktif mendukung logistik pa­sukan Siliwangi

9. Kwee Tjoa Kang (1912-?, Jambi)
Asal Bagan Siapi-api, di masa Revolusi bergabung ke Laskar Rakyat di Batalyon I, Resimen II, Divisi II di Jambi. Memasukkan senjata untuk Laskar Rakyat.Di tahun 1950 tercatat sebagai anggota angkatan perang dengan pangkat Letnan I dan mendapat bintang jasa.

10. Oey Eng Soe / Ujeng Su­war­gana (1917-1979, Jawa Barat)
Pada masa revolusi menjadi perwira menengah sekaligus komandan logistik Territorium III Siliwangi. Beliau dikenal dekat dengan Jendral A.H. Nasution.

11. Tang Kim Teng (1921-?, Riau )
Tionghoa totok yang ber­gabung dengan Resimen IV, Divisi IX Banteng, wilayah Sumatra Tengah. Bertugas mencari sen­jata, bahan peledak ( mungkin maksudnya amunisi ), uniform tentara, sepatu, obat-obatan dan perbekalan lainnya di Singapura. Anggota Legiun Veteran RI Riau ini dianugrahi Satya Lencana Perang Kemerdekaan Kedua.

12. Sung Kim Liung (1923-? , Kalimantan Barat)
Pada masa mudanya Beliau pernah mengikuti latihan ke­militeran Jepang, yakni sebagai Seinendan. Hasil pelatihan inilah yang menjadi bekal Beliau dalam berjuang mempertahankan ke­merdekaan Republik Indonesia. Pada bulan Juli 1947, Sung Kim Liung bergabung dengan GERAM dan ditugaskan sebagai mata-mata. Dengan mempertaruhkan nyawanya Pak Djung menyusup ke daerah musuh guna mengamati kekuatan pasukan Belanda. Beliau bahkan ikut dalam revolusi fisik. [Read More]

13. Liong Ki-Se (1925-1948 , Jakarta)
Tahun 1945 ia bersama dengan dua saudaranya mengadu nasib di kota Jakarta, 2 saudaranya menja­di pedagang, sedangkan Liong Ki Se memilih masuk satuan MOBRIG ( sekarang Brimob ). Tahun 1948 ia gugur dalam pertempuran melawan tentara Belanda di Depok, ia di kebumikan di pekuburan An­col, kemudian di tahun 1950-an dengan dibangunnya Taman Makam Pahlawan Kalibata.

14. Sie King Lien / Ferry Sie (1933-1949)
Beliau tewas pada usia remaja saat bergerilya dengan Tentara Pelajar di Surakarta pada tahun 1949. Beliau dimakamkan di TMP Jurug, Surakarta (satu-satunya orang Tionghoa).

15. Ong Hok Djoe (?-1978 , Ciamis-Jawa Barat)
Pada bulan Juli 1947 waktu tentara Belanda akan memasuki Kota Ciamis semua rakyat me­ngung­si, kecuali masyarakat Tiong­hoa atas perintah Ketua KNI , Oto Ku­­sumasubrata , tetap ada dikota dan O. Har­djadinata mendapat tugas untuk mengkoordinir ma­­syarakat Tionghoa .Waktu TNI hijrah ke Yogyakarta, O. Har­djadinata menggabungkan diri dengan pasukan yang masih ada di kantong-kantong yaitu pimpinan Lettu Rahmat Slamet. Pada bulan Pebruari 1949 setelah TNI kembali dari Yogyakarta, dia menggabungkan diri kembali dengan KODM Ciamis dan men­dapat tugas sebagai informan/penghubung.(berbagai sumber)

Close Ads X
Close Ads X