Hidup Bermakna

Pikiran Sejati yang terakhir adalah pikiran untuk senantiasa hendak menolong (avihimsa), yang membangkitkan kemauan untuk membantu, melayani dan membagi beban atau tugas pada sesama kita. Termasuk dalam pikiran ini, adalah pikiran untuk membantu orang lain agar dapat mencapai Pencerahan.

Sang Buddha menekankan bahwa hendaknya keinginan untuk menolong diri sendiri dan menolong diri orang lain senantiasa seimbang.

Ada empat macam manusia didalam dunia ini. Apa yang empat itu? Dia yang tidak memperhatikan kebaikan dirinya maupun kebaikan orang lain, dia yang memperhatikan kebaikan orang lain tetapi tidak memperhatikan kebaikan dirinya, dia yang memperhatikan kebaikan dirinya tetapi tidak memperhatikan kebaikan orang lain, dan dia yang memperhatikan kebaikan dirinya maupun kebaikan orang lain. Seperti sebatang kayu di perkuburan, terbakar di kedua ujungnya, tercemari ditengahnya, tidak dapat dipakai sebagai kayu api di dusun ataupun sebagai kayu bangunan di hutan seperti perumpamaan itulah, Aku katakan, orang yang tidak memperhatikan kebaikan bagi dirinya maupun kebaikan orang lain. Dia yang memperhatikan kebaikan orang lain tetapi tidak memperhatikan kebaikan dirinya adalah lebih unggul dan lebih baik. Dia yang memperhatikan kebaikan dirinya tapi tidak memperhatikan kebaikan orang lain juga lebih unggul dan lebih baik. Tapi dia yang memperhatikan kebaikan dirinya maupun kebaikan orang lain dialah dari ke empat tipe manusia diatas, pemimpinnya, terbaik, terpuncak, tertinggi, teristimewa. Seperti dari seekor lembu dihasilkan susu, dari krim susu, dari mentega krim, dari mentega – susu, dan dari mentega – susu dihasilkan susu – asam, yang dikatakan yang terbaik – demikian pula, orang yang memperhatikan kebaikan bagi dirinya dan kebaikan bagi diri orang lain adalah yang terbaik, dialah dari ke empat tipe manusia diatas, pemimpinnya, terbaik, terpuncak, tertinggi, teristimewa”. Anguttara Nikaya II: 94.

Hidup ini, yang terpenting bukanlah lamanya kehidupan ini, tapi adalah apa yang diisi atau diperbuat di dalam kehidupan ini. Untuk apa “bisa” hidup ratusan tahun lamanya, tapi tidak sanggup atau mau berbuat baik. Lebih baik hidup satu hari saja, tapi bermanfaat atau berguna bagi siapapun juga. Sungguh berkah dan merupakan suatu kebahagiaan tersendiri, jika kita masih hidup hingga detik ini sehingga berpeluang besar untuk memperbaiki diri, yang mana kesempatan tersebut masih tersedia di hadapan kita. Hidup ini, tidaklah pasti dan yang pasti itu adalah kematian. Ibarat buah, ada yang jatuh sebelum matang (masih putik), matang atau sudah matang sekali. Kitapun demikian…Ada yang mati di usia dini (Bayi), balita, remaja, dewasa dan manula. Semuanya, tidak bisa diprediksikan kapan, dimana dan bagaimana terjadi??? Dan, itu adalah hal yang pasti terjadi… Inilah realita kehidupan yang harus dipahami dengan baik dan benar. Selagi berkesempatan, manfaatkanlah semaksimal mungkin waktu dan tempat yang tepat ini untuk berbuat baik kepada siapapun juga… “Ada tiga sumber asal dari tindakan seseorang. Apa yang tiga itu? Bebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin. Setiap tindakan yang dilahirkan, berasal dan timbul dari keadaan terbebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin, oleh karena keserakahan, kebencian dan kegelapan batin tiada lagi, kamma terhenti, terpotong pada akarnya, seperti sisa potongan pohon palma yang tak dapat tumbuh lagi di kemudian hari”. Anguttara Nikaya: I 135.

Hiduplah seakan-akan esok akan meninggal agar kita selalu mengoptimalkan setiap detik yang dilalui dengan hal-hal yang bermanfaat. Jadikanlah kehidupan ini selalu bermakna, baik untuk diri kita maupun untuk makhluk-makhluk hidup lain. Yang baik, selalulah diperbuat dan yang jahat, janganlah sekali-kali diperbuat, apapun keadaan atau kondisi yang dialami. Orang yang hidupnya selalu bermakna, kapan dan dimanapun dia berada, akan selalu dikagumi, dihormani, disegani dan dilindungi. Yang namanya kebahagiaan dan kesuksesan hidup, akan selalu berada disisinya. “Ketika Tathagata atau Siswa-siswa Tathagata hidup di dunia ini, yang dilakukan adalah demi kebaikan seluruhnya, demi kebahagiaan, demi kebajikan, demi keberuntungan dan kebahagiaan para dewa dan manusia”. Anguttara Nikaya II: 146.

Sabbe satta sabba dukkha pamuccantu – sabbe satta bhavantu sukhitata : semoga semua makhluk hidup terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia, sadhu,…sadhu,…sadhu,…

Close Ads X
Close Ads X