Di awal Januari 2017 ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat ada 16 gunung api berstatus di atas normal. Satu di antaranya berstatus Awas alias Level IV yaitu Gunung Sinabung, sedangkan 15 gunung berstatus Waspada atau Level II.
Kepala PVMBG Kasbani mengatakan Indonesia memiliki 127 gunung api aktif. Dari jumlah itu, 69 gunung di antaranya dipantau secara kontinyu selama 24 jam. Tapi dari 69 gunung, saat ini ada 16 gunung yang berstatus di atas normal. Selain 16 gunung itu, meski berstatus normal, statusnya bisa naik kapan saja.
PVMBG pun sudah mengeluarkan rekomendasi kepada para pihak terkait, terutama pemerintah daerah. Sehingga bisa diambil langkah agar tidak jatuh korban jiwa. Salah satunya dengan membatasi warga agar tidak mendekat dalam radius tertentu ke gunung yang statusnya di atas normal.
Itu karena erupsi atau letusan bisa terjadi kapan saja. Dampaknya pun cukup banyak, mulai dari menelan korban jiwa dan merusak harta benda, hingga mengganggu jadwal penerbangan. “Gunung api ini tentunya harus diwaspadai karena berpotensi untuk terjadi erupsi,” kata Kasbani.
Sadar erupsi bisa terjadi kapan saja, pemantauan terus dilakukan petugas PVMBG secara intensif. Sehingga ketika terjadi erupsi atau tanda akan terjadinya erupsi, PVMBG bisa langsung memberikan informasi terkini pada stakeholder terkait agar segera mengambil langkah lanjutan.
Tujuan utamanya demi menyelamatkan nyawa manusia. Sehingga saat erupsi benar-benar terjadi, nyawa manusia akan terselamatkan karena pemerintah daerah sudah melakukan berbagai langkah pencegahan.
“(Gunung api aktif) itu selalu kami pantau, kami tetap koordinasi dengan berbagai pihak terkait, dan kami selalu memberi warning (peringatan kepada para stakeholder) terkait adanya potensi-potensi gunung api yang bisa terjadi tiba-tiba di daerah gunung api,” jelas Kasbani.
Soal penyebab 16 gunung api masih berstatus di atas normal, Kasbani mengatakan suplai magma dari bawah terus terjadi dan pelan-pelan mengakibatkan erupsi.
Sebelum terjadi erupsi, biasanya juga akan ditandai dengan kandungan gas hingga kegempaan yang meningkat. Selain itu, erupsi juga bisa dipicu akibat adanya gempa karena pergerakan lempeng bumi.
“Yang tadinya gunung yang agak sedikit diam, normal, tapi ada gempa, itu bisa keluar (erupsi). Seperti banyak yang terjadi di Maluku, kan di sana gempa-gempa tektonik banyak, jadi yang tadinya diam, tiba-tiba ada gempa, langsung terdorong, dia keluar menjadi erupsi,” papar Kasbani.
Agar meminimalisir korban jiwa, masyarakat dan pemerintah diharapkan melaksanakan rekomendasi yang dikeluarkan PVMBG. Misalnya ketika dalam radius tertentu harus disterilkan dari adanya warga, hal itu harus benar-benar dilakukan.
Warga jangan memaksakan diri untuk masuk ke area terlarang sesuai rekomendasi PVMBG. Hal serupa diharapkan juga dilakukan warga yang tinggal di sekitar gunung api aktif meski statusnya masih normal. (oz)