Prokontra Politisasi

Baru-baru ini di Medan, ada spanduk terbentang di salah satu masjid soal ganti presiden 2019. Pihak kepolisian pun buru-buru menurunkannya. Seolah-olah hal tersebut benar-benar yang melanggar hukum serta bisa menjadi makar kepada pemerintahan sekarang.

Maraknya beragam tulisan yang menyebutkan masjid telah dipolitisasi oleh beragam kepentingan politik terutama disangkutpautkan dengan kemenangan terasa sangat berlebihan.

Terlebih diketahui belakangan bahwa terdapat unsur “agama” yang ternyata menjadi alasan warga dalam merealisasikan pilihan politiknya, tentu semakin mudah untuk menjustifikasi banyak hal yang kemudian dicap sebagai bagian dari politisasi, termasuk masjid yang dalam hal ini dituduh telah “dipolitisasi” untuk kepentingan-kepentingan politik oleh sebagian kelompok masyarakat muslim.

Tuduhan politisasi terhadap masjid sebenarnya lebih banyak diarahkan oleh mereka yang Islamopobia yang beranggapan bahwa masjid seharusnya hanya dipakai untuk kegiatan ibadah, seperti sholat, i’tikaf atau pengajian yang kemudian khawatir jika masjid dipolitisasi, maka akan berpengaruh terhadap kualitas ibadah umat muslim.

Jika politisasi yang dimaksud adalah tempat ibadah yang dilaksanakan untuk kegiatan-kegiatan politik, seperti kampanye untuk memenangkan salah satu kontestan, memasang spanduk yang mengarah kepada salah satu kandidat atau berorasi untuk memilih salah satu calon kontestan dan itu jelas dilakukan oleh tim sukses salah satu calon kandidat, jelas ini sudah mengarah kepada bentuk politisasi.

Sejauh ini, pihak pengelola masjid, saya kira, masih lebih banyak yang bersikap “netral” dan tidak mau masjidnya dijadikan ajang politisasi apalagi melakukan kampanye negatif.

Jika-pun ada, itu hanya pihak-pihak lain yang ingin mencuri perhatian dengan memasang spanduk di masjid-masjid yang berisi “penolakan” kepada salah satu kontestan tertentu. Masjid, tentunya tetap menjadi tempat suci yang tak mungkin “dikotori” oleh hal-hal duniawi yang jelas-jelas agama telah melarangnya.

Inilah saya kira, kenapa seharusnya isu agama tidak terlalu mengejutkan bagi saya, karena sejatinya masyarakat Indonesia memang telah mengidentifikasikan dirinya dengan agama dan tetap menjalankan toleransi keberagamaannya. Agama menjadi sesuatu yang paling penting bagi identitas masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat tidak tabu ketika ada orang bertanya, apa agama anda?

Marilah kita menggunakan kewarasan berpikir dalam menyikapi hal-hal rasional yang terjadi bukan sekedar membuat-buat isu-isu tertentu yang justru akan menyalakan kembali “bara api” yang seharusnya sudah padam. (*)

Close Ads X
Close Ads X