Penyimpangan Fitur Live Media Sosial

Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (kiri) bersama Executive Vice President Telkomsel area Jawa Bali Yetty Kusumawati (tengah) dan pengasuh Pondok Pesantren Putri Syaikhona Muhammad Cholil Mutmainah (kanan) menunjukkan cara berinternet yang baik menggunakan gadget disela-sela halal bihalal di pondok pesantren tersebut, di Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur, Rabu (3/8). Melalui pembelajaran tersebut diharapkan para santri di pondok itu dapat menjadikan internet sebagai media mendapatkan informasi terkait pendidikan. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/ama/16

Oleh : Seli Alfianti

Kecanggihan teknologi semakin berkembang pesat. Media sosial saat ini digandrungi kalangan anak muda karena memiliki fitur-fitur canggih di dalamnya. Awalnya media sosial yang populer pertama kali yaitu facebook dan twitter. Namun seiring berkembang­nya teknologi, keluar berbagai aplikasi-aplikasi jejaring sosial baru yang menarik banyak per­hatian penggunanya.

Fitur yang dihadirkan pada suatu media sosial sangat­lah berpengaruh dalam jumlah peng­gunanya. Maka para pen­diri media sosial ini sering se­kali menambah dan terus me­ningkatkan fitur yang ia miliki agar berbeda dari media sosial lainnya.

namun kecanggihan itu membuat banyak orang menyalahgunakannya. Membuat orang berprilaku aneh dan tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya. Contohnya media sosial live, yang dapat melihat seseorang dari kejauhan secara langsung dengan media sosial tersebut.

Sedangkan fungsi media sosial adalah media online de­ngan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagai dan menciptakan isi yang bermanfaat. Dan me­nurut pendapat lain, Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-te­man untuk berbagi informasi dan berkomunikasi.

Semakin berkembangnya fitur di media sosial, semakin bertambah pula kegiatan lain yang bisa menjadi trens di kalangan pengguna media sosial. Seharusnya media sosial dimanfaatkan dengan baik untuk mencari informasi yang baik, bukan untuk kesenangan semata.

Baru-baru ini terjadi kasus aneh, pasalnya ada seseorang menyiarkan secara langsung aksi bunuh diri di media sosial. Kutipan dari berita Tempo.co, memberitakan, Dunia maya dihebohkan dengan posting-an video siaran langsung pemi­lik akun Facebook bernama Pahinggar Indrawan yang meng­akhiri hidupnya dengan bunuh diri.

“Ini baru pertama kali,” kata Nukman Luthfi, pengamat media sosial. Nukman mengatakan perkembangan teknologi me­mang bisa membuat setiap orang terkejut. Sisi gelap dari perkembangan teknologi itu, kata dia, memunculkan banyak hal yang bisa dieksploitasi dan nyaris tak terbatas.

Kematian Pahinggar yang tayang di media sosial itu pun, menurut Nukman, di luar du­gaan semua orang. Ia melihat, teknologi membuka banyak hal yang bisa membuat orang berbuat hal negatif. Selain itu, dunia digital akan ber­ge­rak lebih dulu daripada polisi atau orang yang punya kemam­puan untuk mencegah hal ne­ga­tif terjadi.

Pahinggar, kata Nukman, memiliki fasilitas untuk menunjukkan proses bunuh dirinya, yaitu karena adanya fitur live di Facebook. “Kalau tidak ada live Facebook kan dia tidak bisa pakai,” katanya menambahkan. Karena itu, Nukman mengimbau semua orang untuk bersiap-siap menghadapi segala macam efek negatif dari perkembangan teknologi.

Kasus kematian Pahinggar sempat membuat geger media sosial sejak 17 Maret 2017. Ia gantung diri di rumahnya di Jagakarsa, Jakarta Selatan, dan menayangkannya secara langsung di Facebook. Dari tayangan itu pula, terungkap bahwa sebelum mengakhiri hidupnya, Pahinggar sempat bertengkar dengan sang istri.

Namun terdapat dampak dari penyebaran video secara live, menurut berita nasional.republika.co.id, Pendiri komunitas Into the Light, komunitas yang fokus pada upaya edukasi dalam pencegahan bunuh diri, menurut Benny Prawirabunuh diri secara live di Facebook berdampak tiga hal.

Pelaku bisa mengeluarkan efek bunuh diri imitasi. Misalnya depresif, yang memperlihatkan ada cara keluar dari rasa sa­kit, yaitu melalui bunuh diri. Kedua, dampak bagi orang yang ditinggalkan. Bahkan, dibilang penyintas kehilangan akibat kematian bunuh diri, mereka bisa trauma dan depresi.

Beda dengan jenis kematian lain, karena ini kematian yang disengaja. Ketiga, lanjut dia, ketika orang-orang memberikan komentar negatif, berasumsi menghakimi atau merendahkan dia.

Misalnya kurang iman, bodoh, atau kurang memikirkan anak dan hal lainnya. Saat komentar-komentar ini dibaca orang lain, yang kebetulan orang lain ini depresif, dan bisa saja ternyata bagian dari friend list, tapi tidak pernah cerita karena takut difitnah, maka orang tersebut akan takut untuk bercerita dan mendatangi ahli.

Selain itu, ada kasus lainnya yang menyalahgunakan fitur media sosial langsung yaitu aplikasi live yang digunakan untuk memamerkan tubuh dan meraup untung dari aplikasi tersebut. Hal itu juga dapat merusak generasi muda dengan melihat adegan tersebut secara langsung di media sosial.

Sedangkan anak muda sekarang rata-rata menggunakan media sosial. Sehingga dapat dengan mudah mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Berbagai harapanpun muncul karena kecanggihan teknologi terse­but dan efek dari kecanggihan ter­sebut.

Seharusnya media so­sial live di tutup dan tidak dapat digunakan lagi, karena dampaknya sangat buruk bagi semua orang.

*)Penulis Adalah Alumni FKIP UMSU

Close Ads X
Close Ads X